Menganalisis Politik Underdog Gibran di Pilpres 2024
Oleh: Sofyan Al-Bani

Underdog politik sering kali muncul dalam konteks sistem politik yang didominasi oleh partai besar atau kekuatan yang mapan.
Di banyak negara, partai politik besar memiliki sumber daya yang lebih besar, akses media yang lebih luas, dan hubungan politik yang lebih kuat, memberikan mereka keunggulan dalam persaingan politik.
Namun, hal ini tidak selalu berarti bahwa underdog tidak memiliki peluang untuk sukses.
Beberapa faktor dapat memainkan peran penting dalam memungkinkan underdog politik mengubah status quo.
Pertama, isu-isu yang diangkat oleh underdog dapat memainkan peran kunci dalam meraih dukungan publik. Underdog politik seringkali memilih isu-isu yang diabaikan oleh partai besar atau tidak mendapatkan perhatian yang cukup.
Dengan fokus pada masalah-masalah ini, mereka dapat menarik perhatian pemilih yang merasa diabaikan atau tidak diwakili oleh kekuatan dominan.
Misalnya, kampanye untuk perlindungan lingkungan atau hak-hak minoritas dapat menjadi landasan bagi underdog politik untuk membangun basis dukungan yang kuat.
Kedua, keterlibatan langsung dengan masyarakat menjadi kunci dalam strategi underdog politik.
Salah satu contoh yang mencolok dari underdog politik, dapat dilihat pada sosok calon wakil presiden Prabowo Subianto, yaitu Gibran Rakabuming Raka
- Prabowo kepada Wartawan: Bagian Saya Marah-marahi Menteri, Nah Kalian Keluar
- RUU Polri Dinilai Membuat Polisi Superbody
- Letjen Kunto Anak Pak Try Batal Dimutasi, Ini yang Terjadi
- Surat Ini Bikin Mutasi Letjen Kunto Arief Dianggap Bermuatan Politis
- Versi Pengamat, Prabowo Tak Merestui Mutasi Letjen Kunto Arief
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI