Menganalisis Politik Underdog Gibran di Pilpres 2024
Oleh: Sofyan Al-Bani

Dengan mengadakan pertemuan publik, diskusi, dan kampanye yang mendekat dengan pemilih, underdog dapat membangun hubungan pribadi dan meyakinkan pemilih bahwa mereka benar-benar mewakili kepentingan rakyat.
Keterlibatan langsung ini memungkinkan underdog untuk mengatasi keterbatasan sumber daya finansial dan media yang mungkin dimilikinya, dengan membangun dukungan dari bawah.
Ketiga, teknologi dan media sosial dapat menjadi alat yang efektif bagi underdog politik.
Dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan iklan televisi atau media konvensional lainnya, kampanye media sosial dapat membantu underdog untuk mencapai audiens yang lebih luas.
Barack Obama dalam kampanye presidensialnya menggabungkan dengan sukses penggunaan media sosial untuk menyebarkan pesan dan mengorganisir dukungan.
Kemampuan untuk memanfaatkan media sosial dapat memberikan underdog akses langsung ke pemilih, memungkinkan mereka bersaing dengan efektif dalam dunia politik yang semakin terhubung secara digital.
Meskipun underdog politik dapat berhasil, tantangan besar tetap ada. Salah satunya adalah resistensi dari kekuatan mapan yang mungkin mencoba untuk memarginalkan atau menghambat upaya underdog.
Upaya penindasan ini dapat melibatkan penggunaan sumber daya finansial, kampanye hitam, atau pembatasan akses ke media.
Salah satu contoh yang mencolok dari underdog politik, dapat dilihat pada sosok calon wakil presiden Prabowo Subianto, yaitu Gibran Rakabuming Raka
- Prabowo kepada Wartawan: Bagian Saya Marah-marahi Menteri, Nah Kalian Keluar
- RUU Polri Dinilai Membuat Polisi Superbody
- Letjen Kunto Anak Pak Try Batal Dimutasi, Ini yang Terjadi
- Surat Ini Bikin Mutasi Letjen Kunto Arief Dianggap Bermuatan Politis
- Versi Pengamat, Prabowo Tak Merestui Mutasi Letjen Kunto Arief
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI