Mengapa Angka Kematian Tenaga Kesehatan di Indonesia Tinggi?

Mengapa Angka Kematian Tenaga Kesehatan di Indonesia Tinggi?
Ada peningkatkan jumlah dokter, perawat, dan tenaga kesehatan di Indonesia yang meninggal akibat tertular virus corona. (Reuters: Willy Kurniawan)

"Yang meninggal dunia ada tiga persen. Dari jumlah tersebut yang paling banyak terpapar virus adalah dokter dan perawat, tapi paling banyak masih perawat," kata Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim, Kohar Hari Santoso, pekan lalu (15/06).

Mengapa Angka Kematian Tenaga Kesehatan di Indonesia Tinggi? Photo: Mendiang Sri Agustin tercatat sebagai perawat di RSUD Sidoarjo yang meninggal 20 Juni lalu. (Foto: PPNI)

 

Jika dirinci detailnya dari 175 nakes yang tertular, sebanyak 50 orang yang sedang dirawat dan yang meninggal dunia 6 orang.

Jumlah nakes yang meninggal saat diumumkan oleh Kohar Hari Santoso, belum termasuk dr Anang Eka Kurniawan, dr Gatot Pramono, dan Perawat Sri Agustin yang meninggal dunia tanggal 19 dan 20 Juni 2020.

Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) juga membenarkan jika Jawa Timur saat ini menjadi provinsi kedua, setelah DKI Jakarta, dengan angka perawat yang tertular dan meninggal dunia tertinggi di Indonesia.

110 perawat di Jawa Timur sudah dinyatakan positif COVID-19, tujuh di antaranya meninggal dunia, termasuk lima perawat di Surabaya.

Tingkat kematian termasuk tertinggi di dunia

Awal bulan Juni, terdapat 55 tenaga kesehatan Indonesia yang dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19.

Menurut Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Universitas Hasanuddin, Irwandy, tingkat kematian tenaga kesehatan Indonesia saat itu mencapai 6,5 persen.

Kematian dr Anang Eka Kurniawan di Surabaya, pekan lalu (19/06) menjadi orang terakhir di keluarganya yang tutup usia karena pandemi COVID-19

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News