Mengapa Harus Eksis Merebut Pasar di Messe Berlin?

Mengapa Harus Eksis Merebut Pasar di Messe Berlin?
Menpar Arief Yahya (kiri) memberikan keterangan press didampingi Duber Indonesia untuk Jerman, Fauzy Bowo (tengah) dan Direktur Promosi Internasional Nia Niscaya. Foto Don Kardono/JPNN.com

“Inilah the art of marketing. Harus jeli, dalam membaca data, angka dan fakta,” kata mantan CEO PT Telkom Indonesia yang menggantikan posisi Rinaldi Firmansyah, 11 Mei 2012 itu. Ibarat mobil Mercedez-benz, BMW dan Audi, yang tidak bisa dijejerkan dengan kelas Avanza, Xenia, Mobilio, Ertiga dan mobil rakyat yang lain.

Apalagi, gol dari industri pariwisata yang paling ujung adalah revenue? Kontribusi dunia pariwisata sebagai salah satu lokomotif penggerak perekonomian rakyat? Berapa besar GDP (gross domestic product) dari pariwisata terhadap ketahanan ekonomi pangan? “Pariwisata Indonesia menyumbang 9 persen dari total GDP. Itu masih terlalu kecil dibandingkan dengan Thailand yang sudah 20 persen, Malaysia 16 persen, Laos 14 persen, Singapore dan Philipina 11 persen, Vietnam dan Cambodia 10 persen,” jelas Menpar Arif Yahya.

Indonesia, kata Arief Yahya, baru 80,8 Juta USD. China sudah 850,1 juta USD, Jepang 339,9 juta USD dan India 113,2 juta USD. “Kita sudah lebih besar daripada Thailand (78,1 juta USD), Korea (69,8 Juta USD), Malaysia (50,3 juta USD) dan Singapore (31,7 Juta USD). “Karena itu, kami genjot di tahun 2015 ini dengan target kunjungan 12 juta orang, dengan spenditure yang lebih besar, untuk menaikan total GDP dari sector wisata,” ungkap penerima anugerah Marketeer of the year 2013 dari MarkPlus itu.

Optimis target itu diraih? Bukan Arief Yahya orangnya, kalau tidak optimistis. Ibarat peribahasa: Dia orang yang mau seribu daya, tidak mau seribu dalih. Bila sudah diniatkan, sudah menghendaki, pasti ketemu jalan, karena dia tidak mau mencari dalih. Keyakinan itu juga diungkapkan menteri yang mendapat penghargaan sebagia The CEO BUMN Inovatif Terbaik 2012 itu dalam press conference di Citi Cube, Messe, Berlin.

Dia menjawab pertanyaan jurnalis Jerman yang mengamati pariwisata Indonesia secara detail. Bahkan dari target 2019, dengan 20 juta pengunjung itu, disebut oleh jurnalis Jerman sebagai angka fantastic yang sulit diraih, karena kesiapan infrastruktur dan segala problematika pengikutnya, yang bukan otoritas kementerian pariwisata.

Arief menjawab dengan sangat diplomatis, bahwa target 20 juta pengunjung itu adalah target Presiden Jokowi. “Karena itu, semua yang terkait dengan pengembangan destinasi dan fasilitas public, sudah pasti disupport oleh negara,” kata Arief.

Indikator lain, mengapa ITB Berlin menjadi even strategis bagi Kemenpar adalah rival-rival di regional ASEAN dan ASIA. Semua berlomba-lomba memamerkan potensi wisatanya secara atraktif. Booth Indonesia sendiri di Hal 26A No 120 Paviliun Indonesia, Messe Berlin, sudah keren. Berdesain kapal phinisi, seluas 410 meter persegi. Thailand luasannya, 3-4 kali Indonesia. Malaysia yang bertetangga di Messe, juga besar-besaran berpromosi.

Philipina, Vietnam, Laos, Korea, Jepang, Taiwan, Singapore, semua tampil all out untuk merebut hati wisman dari Eropa. Menteri Arief Yahya sendiri ikut mengintai negara-negara tetangga dalam membuat show agar booth nya dikunjungi calon wisatawan dan tour travel. ITB Berlin dengan usia 49 tahun, memang standar ekspo pariwisata terbesar di dunia, dan hampir setiap tahun Indonesia hadir di sana. Hanya 2 kali saja yang absen, untuk mempertahankan eksistensi destinasi Indonesia di Eropa.

Angka, data dan fakta, itu tiga kombinasi yang mutlak harus masuk nalar, logis, dan konkret dalam pengembangan pariwisata nasional! Itu telah menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News