Mengapa Hoaks Masih Ada? Ini Penjelasan Praktisi Pendidikan

Dia menyebut media sosial dapat digunakan untuk membangun relasi dan mempromosikan diri.
“Kita dapat membangun relasi dan berkolaborasi dengan orang-orang sebidang untuk mempromosikan kampanye yang berkelanjutan dengan konten yang bermanfaat. Oleh karena itu, penting untuk memiliki keterampilan komunikasi, sosial, manajemen waktu, dan inisiatif yang baik,” ungkapnya.
Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Disdik Pemprov Sulsel Achmad Karim menyebut konten negatif seperti hoaks, propaganda, dan provokasi bisa memojokkan pihak tertentu dan akan berdampak buruk jika menjadi viral.
Karena itu, dia meminta anak didik bertindak etis dalam menggunakan media digital agar tidak menimbulkan dampak negatif.
“Internet seharusnya menjadi anugerah, namun bisa menjadi bencana jika teknologi tidak digunakan dengan bijak dan tidak menjunjung nilai kebaikan. Kita perlu berkolaborasi dalam menggunakan teknologi digital untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan etis,” pungkasnya.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo. (Tan/JPNN)
Hoaks ada karena terdapat kepentingan finansial dan provokatif yang bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga
- Sekjen PKS Apresiasi Kepedulian Gubernur Kaltim pada Pendidikan
- Hardiknas 2025, Untar Gelar Untarian Awards untuk Dosen hingga Mahasiswa Berprestasi
- Jadi Pelopor AI, BINUS University Dorong Ekosistem Kerja Kreatif Berbasis Teknologi
- Refleksi Hardiknas 2025, Lita Nilai Kesenjangan Pendidikan Masih Jadi Tantangan Besar
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Ini Kontribusi Pertamina untuk Sektor Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045