Mengapa Pekerja Asing yang Tereksploitasi di Australia Tidak Melaporkan Majikannya?

Mengapa Pekerja Asing yang Tereksploitasi di Australia Tidak Melaporkan Majikannya?
Amanda, seorang mahasiswa asing yang bekerja di Australia, mengaku menyadari dirinya dibayar rendah dari yang seharusnya namun tak punya banyak pilihan. (ABC News: Natasya Salim)

"Pendidikan adalah prioritas saya saat ini. Jadi meskipun bukan pekerjaan penuh, tak apa-apa selama saya memiliki pekerjaan ini," katanya.

Laporan media telah sering mengungkap mahasiswa asing yang dieksploitasi di Australia.

Meskipun sebagian besar sadar mereka dibayar rendah, sangat sedikit yang melaporkan hal itu.

Laporan Mahasiswa Internasional dan Pencurian Upah di Australia yang diterbitkan tahun lalu menemukan lebih dari tiga perempat responden dibayar di bawah upah minimum per jam. 20 persen bahkan bekerja dengan upah hanya $12 per jam atau kurang.

Sementara Survei Pekerjaan Migran Nasional 2016 menemukan 10 persen mahasiswa internasional yang dibayar rendah menindaklanjuti kasusnya. Hanya 18 persen dari mereka melapor ke FWO.

Mengaku 'puas' dengan pekerjaannya

Menurut Profesor Alex Reilly, direktur penelitian hukum dan kebijakan publik pada Universitas Adelaide, sejumlah besar mahasiswa asing justru mengaku "puas" dengan pekerjaan mereka meskipun dibayar di bawah upah minimum.

Profesor Alex menjelaskan banyak mahasiswa asing yang memandang pekerjaan dengan bayaran rendah sebagai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman, bertemu warga Australia dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka.

"Ada alasan-alasan lain untuk bekerja. Jadi bukan hanya soal gaji," ujarnya.

Banyak mahasiswa Indonesia di Australia yang menerima upah di bawah aturan yang berlaku

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News