Mengapa Pekerja Asing yang Tereksploitasi di Australia Tidak Melaporkan Majikannya?
Survei yang dilakukan oleh Prof. Alex dan rekan-rekannya menemukan 56,9 persen mahasiswa internasional "merasa beruntung karena memiliki pekerjaan dan berterima kasih kepada majikan mereka".
Survei tersebut juga menemukan bahwa 32,4 persen mahasiswa internasional yang dibayar rendah merasa senang dengan "karena teman-teman mereka juga dibayar dengan jumlah yang sama".
'Hanya mencari pengalaman'
Dito, mahasiswa asal Indonesia yang tiba di Melbourne pada akhir 2019, kepada ABC mengaku bayaran di bawah upah minimum sudah dianggap wajar oleh mahasiswa internasional.
Dia setuju untuk bekerja di sebuah restoran di South Melbourne dengan bayaran $11 per jam selama bulan pertama dan kemudian $12 per jam setelah itu.
Dito yang masih dibiayai oleh orangtuanya mengatakan, bayaran tersebut lumrah di kalangan pekerja restoran sehingga dia memutuskan bekerja satu hari dalam minggu untuk mendapatkan pengalaman.
Dia mengaku tidak keberatan dengan upahnya yang di bawah standar karena dia belum pernah bekerja di bidang tersebut sebelumnya.
"Saya melakukannya hanya untuk mencari pengalaman," katanya.
Korban khawatir melaporkan eksploitasi
Menurut Profesor Alex, sejumlah mahasiswa asing tidak melaporkan kasus mereka karena mereka bekerja melebihi ketentuan maksimal jam kerja yang diperbolehkan.
Banyak mahasiswa Indonesia di Australia yang menerima upah di bawah aturan yang berlaku
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka