Mengenal Dokter Joni Wahyuadi, Dirut Baru RSUD dr Soetomo

Mengenal Dokter Joni Wahyuadi, Dirut Baru RSUD dr Soetomo
Dokter Joni Wahyuhadi SpBS (K). FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Pada Jumat (30/11) lalu RSUD dr Soetomo resmi memiliki nahkoda baru. Direktur utama anyar itu adalah Dokter Joni Wahyuhadi SpBS (K). Program pertama yang dia lakukan adalah efisiensi jaminan kesehatan nasional. 

Rumah sakit terbesar di Indonesia Timur itu selalu mempunyai piutang jumbo ke BPJS. Pada Februari 2018, tunggakan BPJS mencapai Rp 384 miliar. Sudah dibayar, kemudian tidak lama kemudian nunggak lagi. Pada September piutang itu mencapai Rp 210 miliar yang kemudian dibayar.

Sebagai rumah sakit yang fasilitas SDM dan peralatan medisnya paling lengkap, RSUD dr Soetomo memang menerima pasien-pasien kelas 3. Artinya, pasien yang sakitnya berat. Di antaranya, kanker dan cuci darah. Jenis-jenis penyakit yang pembiayaannya tinggi.

''Namun, saya sudah menyiapkan sejumlah langkah efisiensinya,'' kata dr Joni Wahyuadi SpBS (K), Dirut baru RSUD dr Soetomo. Pertama, mengurangi biaya dengan begitu efektif. ''Tentu tanpa mengurangi mutu pelayanan,'' tambahnya.

Contohnya, untuk obat-obatan, akan mengikuti yang sudah ditentukan pemerintah dan tercatat di BPJS. ''Meski tidak bisa mengikuti 100 persen, minimal bisa berupaya untuk menekan sebaik-baiknya,'' paparnya.

Joni menuturkan, program yang diaplikasikan adalah manajemen partisipatif. Yakni, menghilangkan keborosan dan mendengarkan semua sisi mulai dokter, perawat, hingga manajemen rumah sakit. ''Tujuannya agar pelayanan tetap efisien dan efektif terhadap pasien,'' jelasnya.

Untuk bisa memberikan pelayanan pasien yang murah dan bagus, tentu tidak mudah. Butuh proses yang cukup panjang. Namun, hal itu mulai dilakukan di RSUD. ''Contohnya, pasien yang tidak perlu vitamin, ya tidak dikasih. Selain itu, pemakaian antibiotik akan dievaluasi mulai jenis hingga lama pemberian obat,'' jelasnya.

Penghematan dalam manajemen rumah sakit, rapat, hingga perjalanan dinas juga akan diberlakukan lebih ketat dan jelas sehingga bisa membantu mengurangi pengeluaran rumah sakit yang membengkak. ''Program JKN menuntut efisien dan efektif. Jika tidak begitu, tidak bisa survive,'' tuturnya.

Selain melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan JKN, lanjut dia, pihaknya akan membuat program-program inovasi untuk menambah pendapatan RSUD yang bersumber dari non-BPJS. Salah satu program yang akan dikembangkan adalah program medical check up (MCU) di Gedung diagnostik pusat terpadu (DPT) lantai 3.

Kemudian, pelayanan yang bersifat canggih seperti stem cell dan transplantasi jaringan serta organ juga dikembangkan. Saat ini RSUD sudah memiliki laboratorium stem cell di lantai 4 gedung DPT. Pengembangan program stem cell dan transplantasi organ serta jaringan tersebut kini menjadi kebutuhan besar di Indonesia. Sementara itu, RSUD dr Soetomo menjadi satu-satunya rumah sakit di Indonesia yang memiliki layanan tersebut. ''Program regeneratif medicine itu akan dikembangkan,'' katanya.

Saat ini RSUD juga memiliki gedung Soetomo Transplant Organ Center (STOC). Seluruh pelayanan pembedahan private dan transplantasi organ maupun jaringan akan dipusatkan di gedung tersebut. ''Laboratoriumnya nanti di gedung DPT, pelayanan di STOC,'' jelasnya.

Joni menuturkan, seluruh program tersebut dijalankan tahun depan. Begitu juga dengan pelayanan training center RSUD dr Soetomo. Tahun depan RSUD membuat Soetomo National Training Center yang dipusatkan di gedung bekas akademi kebidanan. (septinda ayu/c15/ano) 

Selain melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan JKN, lanjut dia, pihaknya akan membuat program-program inovasi untuk menambah pendapatan RSUD


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News