Mengenal Komunitas Waria di Sorong, Berkontribusi Meski Dipandang Sebelah Mata

Mengenal Komunitas Waria di Sorong, Berkontribusi Meski Dipandang Sebelah Mata
Ilustrasi Pita Merah mengenang Hari AIDS sedunia. Foto: urban

“Bulan 2 kami ikuti perlombaan wakili Papua Barat, masuk harapan 3 di miss waria nasional. Juga Pernas di Makasar, tapi kurangnya dana dan respons dari pemerintah itu yang jadi kekurangan kami,” katanya.

Tak hanya ahli di bidang kecantikan, waria pun ahli di bidang tarian dan olahraga. Namun, karena kurangnya dana, kegiatan mereka pun terpaksa harus dibatasi. “Mereka mengangap kami komunitas rendah. Padahal kami juga memberikan kontribusi besar di Kota Sorong, kami selalu melakukan jasa kebersihan, ke lembaga, kegiatan sosial ke panti asuhan, dan gunting gratis,” jelas pria berperawakan gemulai ini.

Kelompok waria terbentuk di Kota Sorong di tahun 2008, dengan jumlah anggota yang telah mencapai 100 orang. Namun, menurut Wakil Ketua FKW, Sakura Erizty, 100 orang anggota hanyalah yang tergabung dalam kelompok dan telah diakui ke aktifannya dalam kegiatan, jika ditambah dengan waria di luar kelompok maka jumlah waria di Kota Sorong kurang lebih sebanyak 200 orang. 

“Kami ada dua ratusan, tapi yang bergabung dan sudah diakui sekitar seratusan,” katanya dengan gaya khas yang gemulai. (nurhayyusupriatin/adk/jpnn)


KOMUNITAS ini lebih sering dipandang sebelah mata. Padahal, faktanya mereka ada dan menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehiduan masyarakat.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News