Mengenal Tradisi Unik Kacang Jodoh Wakatobi di Bulan Ramadan

Faktanya, berjualan Kacang Jodoh lebih kepada ajang silaturahmi antarwarga dari penjuru desa.
Menurut seorang warga, Kacang Jodoh dahulu bukan dilakukan para gadis, melainkan ibu-ibu rumah tangga yang digelar pascapanen.
Meskipun tradisi itu masih dijaga sampai sekarang, pemerannya kini berganti dengan para gadis belia.
Karena banyaknya gadis belia yang berjualan kacang dan pembelinya adalah laki-laki lajang, tak ayal beberapa dari mereka saling berkenalan, terpikat, hingga menjalin hubungan ke jenjang pernikahan setelah Hari Raya Idulfitri.
Pundi Rupiah dalam Tradisi Kacang Jodoh
Tradisi Kacang Jodoh juga dimanfaatkan warga setempat sebagai lahan mencari pundi-pundi rupiah.
Kacang Jodoh dijual dengan harga hanya Rp 1.000 per bungkus.
Dalam sebungkus jumlahnya bervariasi, ada yang 15 butir, 10 butir, bahkan 8 butir saja.
Dalam semalam kacang yang mereka jual bisa mencapai 2 sampai 3 liter, berupa kacang tanah yang disangrai.
Selain kekayaan alamnya, Wakatobi juga memiliki tradisi unik, yaitu Kacang Jodoh yang berlangsung pada setiap Ramadan. Seperti apakah tradisi Kacang Jodoh ini?
- Program Si Iklas Besutan Sandiaga Uno Hadirkan Pelatihan Kedua, Diikuti 50 Peserta
- ISACA Indonesia Lantik Pengurus Baru 2025-2027 di Annual General Meeting 2025
- Sandiaga Uno: Istikamah Jadi Kunci OK OCE Memperluas Bisnis dan Lapangan Kerja
- Kemeriahan Ramadan di PIK: Ada Festival Kuliner, Seni, & Animasi
- Sandiaga Uno: SI IKLAS jadi Awal Kebangkitan Ekonomi
- Sandiaga Uno Dorong Bali menjadi Pusat Wisata Medis