Mengunjungi Istanbul, Ibu Kota Budaya Eropa 2010

Kesulitan Komunikasi, Bisa Cari Relawan Berkaus Hijau Toska

Mengunjungi Istanbul, Ibu Kota Budaya Eropa 2010
Miniaturk, salah satu tujuan wisata baru di Istanbul. Foto : Lutfi Rakhmawati/ Radar Jogja/JPNN

Tempat wisata lain yang ramai dikunjungi adalah bekas gereja dan masjid yang saat ini dialihfungsikan sebagai museum, yakni Hagia Sophia (Aya Sofia). Juga, dua istana utama raja dinasti Ottoman, Istana Topkapi dan Dolmabahce. Lantas, tempat belanja Grand Bazaar dan Spice Market, serta berbagai museum. Mengitari Selat Bosphorus dengan menggunakan feri juga salah satu kegiatan wisata yang banyak diminati.

Tempat-tempat itu secara tradisi menjadi tujuan wisata di Istanbul. Tetapi, tahun ini kota tersebut menyediakan berbagai hiburan yang lebih bervariasi. Mulai workshop fotografi yang memakai seluruh sudut kota sebagai area praktik, festival film pendek, fashion week, hingga berbagai pertunjukan musik.

Saya sempat menonton konser musik klasik oleh TÜRKSOY Youth Chamber Orchestra. Konsernya dimulai malam hari di gereja tua Hagia Irene (Aya Irini) yang berada di kompleks Istana Topkapi. Tiket konser yang berlangsung dua sesi itu seharga 15 Turkish Lira (TL) atau setara dengan Rp 90.000. Pelajar mendapat diskon 50 persen sehingga cukup membayar 7,5 TL (sekitar Rp 45 ribu).

Wisatawan juga bisa mengunjungi Miniatürk, sebuah taman miniatur terbesar di dunia dengan total area 60 ribu meter persegi. Taman yang dibuka pada 2003 itu memiliki 105 model bangunan dan lanskap negara Turki yang dibuat dengan skala 1/25. Sebanyak 45 model diambil dari bangunan-bangunan bersejarah di Kota Istanbul, 45 bangunan diambil dari Anatolia, dan 15 lainnya merupakan miniatur bangunan sisa kejayaan dinasti Ottoman. (*/c4/dwi)

Bersama Kota Pécs di Hungaria dan Essen di Jerman, Kota Istanbul dinobatkan sebagai Ibu Kota Budaya Eropa (European Capital of Culture) pada


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News