Mengunjungi Panti Asuhan Khusus Wanita 'Korban Lelaki' di Jakarta Timur

Mengunjungi Panti Asuhan Khusus Wanita 'Korban Lelaki' di Jakarta Timur
Suster Ana menggendong bayi dari salah seorang penghuni Panti Villa Shalom. Meski bertujuan mulia, mereka tetap selektif dalam menerima pasien. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos/JPNN.com

Di samping akibat pergaulan bebas, ada juga kasus kehamilan akibat perkosaan. Dan, kata Ana, sebagian besar penghuni yang hamil akibat perkosaan, umumnya dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan korban. Seperti kasus seorang siswi home schooling yang diperkosa gurunya sendiri. Sang guru berasal dari Indonesia Timur.

’’Bisa dibayangkan bagaimana reaksi orang tua korban yang keturunan Tionghoa itu. Awalnya mereka stress dan berniat menuntut guru itu. Tapi lama-lama mereka menerima dan menitipkan anaknya di sini,” ujarnya.

Menurut Ana, sebagian besar penghuni pantinya sengaja dititipkan karena orang tua si perempuan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi kehamilan putri mereka. Apalagi, tidak sedikit penghuni panti yang datang dari keluarga berada dan keluarga agamis. Tekanan sosial di masyarakat yang dirasakan pihak keluarga. ’’Karena itu, mereka lalu dititipkan di sini oleh orang tuanya,” tuturnya.

Penitipan tersebut berlaku hingga si calon ibu melahirkan. Usai melahirkan, kebanyakan bayinya tidak langsung dibawa pulang. Lagi-lagi karena alasan beban moral. Karena itu, biasanya para orang tua dan si ibu menitipkan bayinya lebih dulu di panti yang berafiliasi dengan Villa Shalom selama beberapa bulan. Kemudian, si bayi baru diambil.

’’Nanti bayi itu akan diakui sebagai anak yang baru diadopsi. Jadi si ibu jadi kakak anaknya sendiri,’’ urainya.

Tapi, kata Ana, ada juga yang sampai dua tahun si bayi tidak kunjung diambil. Biasanya, itu karena orang tua belum siap dengan tekanan sosial yang bakal diterima dari masyarakat. Namun, mereka tetap rajin mengunjungi cucunya tersebut. Selain itu, ada juga bayi yang terpaksa diserahkan untuk adopsi. Sebab, kondisi ekonomi keluarga orang tua ibunya tidak mendukung, sementara ibunya masih harus melanjutkan sekolah yang sempat terhenti di tengah jalan.

Yang paling ironis, ada penghuni yang tega meninggalkan bayinya begitu saja. ’’Jadi ya ibunya hilang setelah melahirkan. Awalnya bilang mau dititipkan, eh ternyata nggak diambil-ambil. Akhirnya anaknya jadi anak panti,’’ katanya.

Menurut Ana, ada banyak beban yang harus ditanggung oleh perempuan yang hamil di luar nikah. Di samping beban moral, beban batin juga kerap membuat si perempuan terpuruk. Apalagi saat mereka hamil di usia belasan tahun. Pihak orang tua pun ikut menanggung beban yang sama. Karena itu, tidak sedikit perempuan hamil yang lantas melegalkan aborsi.

VILLA Shalom bukan panti biasa. Mereka menampung para perempuan yang hamil di luar nikah. Tujuannya, perempuan-perempuan 'korban lelaki'.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News