Menjelajah Manggarai Raya, Menikmati Sawah ‘Spider-Man’

Menjelajah Manggarai Raya, Menikmati Sawah ‘Spider-Man’
USAHA EKSTRA: Penulis berada di lodok Desa Cancar dimana, garis pematang sawahnya benar-benar seperti gambar jaring laba-laba raksasa. (Dok Pribadi)

Pria 62 tahun itu menuturkan, sawah model jaring laba-laba ditemukan sekitar 1940-an. Saat ini lodok terbesar bernama lodok Pong Ndrung. Luas lodok itu mencapai 6 hektare dan dimiliki 50–60 orang. ’’Mereka semua itu satu keturunan,’’ jelas dia.

Alo menuturkan, nama lain lodok adalah lingko. Pecahan-pecahan segi tiga di dalamnya bernama moso. Jadi, dalam satu lodok, terdapat beberapa moso. Satu moso dipecah menjadi petak-petak lebih kecil.

Setiap moso memiliki luas yang berbeda-beda. Uniknya, penetapan luasnya moso itu diambil dengan jari-jemari yang ditempatkan di poros atau pusat lodok. Penentuan dengan jari tersebut lantas ditarik garis lurus berpuluh-puluh meter ke belakang.

Alo mengatakan, hingga saat ini masih terdapat aturan kuat yang dipegang pemilik lodok. Yakni, lahan lodok itu tidak boleh diperjualbelikan kepada pihak lain di luar keluarga inti. Dengan demikian, sampai kapan pun, lahan sawah jaring laba-laba tersebut milik satu keluarga. ’’Saat ini tersisa 15 buah lodok dengan beberapa ukuran,’’ jelas dia. (M Hilmi Setiawan/c6/dos)

 


Selama ini penjelajahan di Manggarai Raya, NTT, umumnya berhenti di Labuan Bajo (ibu kota Kabupaten Manggarai Barat). Padahal, banyak tempat wisata


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News