Menjilat Matahari, Konser Perpisahan Yockie Suryo Prayogo

Menjilat Matahari, Konser Perpisahan Yockie Suryo Prayogo
Yockie Suryo Prayogo. FOTO: FEDRIK TARIGAN/dok.JAWA POS

Kalau ndak enak, dia (Yockie, Red) ndak pakai kompromi, diganti aja sama mesin. Cuman, saya ngerti maksudnya dia bagus,” kata Ian.

Dia menduga, Yockie merasa bahwa rekaman suara yang pertama diambil tersebut tidak bagus sehingga diganti dengan suara keyboard. Meskipun Teddy marah-marah, akhirnya semua bisa menerima keputusan Yockie.

Menurut Ian, aliran musik Yockie berakar pada musik klasik. Di album God Bless yang pertama pada 1975, Huma di Atas Bukit, aransemennya banyak dikerjakan Yockie. Begitu pula album Semut Hitam (1988) yang paling laris.

Orang yang paham musik pun akan langsung tahu warna musik Yockie dalam sebuah aransemen. Lebih dari seorang rekan satu grup, bagi Ian, Yockie sudah dianggap sebagai keluarga sendiri.

Ian bercerita, Yockie-lah yang memboyongnya dari Malang ke Jakarta untuk bergabung dengan God Bless. Tidur pun, kadang dia bermalam di rumah Yockie. Begitu pula sebaliknya.

Yockie juga merupakan musisi lintas generasi. Terbukti, ketika diadakan konser untuk penggalangan dana bagi Yockie, yang tampil juga musisi lintas zaman. Salah satunya Rian Ekky Pradipta.

Vokalis band D’Masiv itu memiliki kesan mendalam tentang sosok Yockie. Rian menyebut Yockie sebagai maestro dan inspirasinya dalam bermusik.

”Dari kecil, saya sudah mendengarkan karya-karya Om Yockie,” ujar vokalis 31 tahun itu. Antara lain album Badai Pasti Berlalu dan album Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang dirilis pada 1978.

Yockie Suryo Prayogo meninggal dunia. Saat prosesi pemakaman, gerimis berubah menjadi hujan yang deras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News