Menjilat Matahari, Konser Perpisahan Yockie Suryo Prayogo

Menjilat Matahari, Konser Perpisahan Yockie Suryo Prayogo
Yockie Suryo Prayogo. FOTO: FEDRIK TARIGAN/dok.JAWA POS

Rock, progresif, juga pop. Kerja sama mereka terus berlanjut. ”Saya bikin lirik, dia mengisi piano. Notasi, saling mengisi. Sudah seperti senyawa,” ucapnya.

Bagi Eros, Yockie merupakan arranger yang luar biasa. ”Badai Pasti Berlalu kalau bukan dia yang aransemen mungkin tidak akan sebagus itu,” ungkap Eros.

Di mata Eros, Yockie merupakan sosok yang selalu gelisah. Selalu mencoba membuat sesuatu yang berbeda. Keras kepala. Tapi, itulah ciri seorang seniman.

Yockie mungkin tidak mudah dipahami beberapa musisi lain. ”Kalau buat saya, dia sudah seperti adik. Saya sangat kehilangan,” tutur Eros, yang tidak bisa menghadiri pemakaman Yockie karena menjadi pembicara sebuah acara di Medan.

Yockie mengembuskan napas terakhir kemarin (5/2) pukul 07.35 WIB di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.

Mantan personel band legendaris God Bless itu pergi untuk selamanya di usia 63 tahun. Tapi, kenangan Yockie tetap hidup dalam hati dan benak teman-temannya.

Gitaris God Bless Ian Antono yang datang ke pemakaman mengenang Yockie sebagai orang yang sangat idealis dalam bermusik.

Tidak ada kompromi untuk aransemen yang jelek. Kalau sudah begitu, cekcok tak jarang terjadi. ”Dulu pernah, saat rekaman God Bless, drumnya Teddy Sujaya.

Yockie Suryo Prayogo meninggal dunia. Saat prosesi pemakaman, gerimis berubah menjadi hujan yang deras.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News