Menpar Arief Sharing Great Spirit di Jatinangor

Menpar Arief Sharing Great Spirit di Jatinangor
Menpar Arief Yahya. Foto: Dok.JPNN

“Semangat atau spirit itu jauh lebih hebat dari strategi. Semangat yang tinggi akan mencari jalannya sendiri untuk sukses,” kata-kata Arief Yahya yang sering disampaikan saat memotivasi orang. 

Memang, semangat saja tidak cukup, tetapi tanpa semangat seperti menegakkan benang basah. Ibarat menyalakan api di ruang kedap udara. Kalaupun sukses, itu seribu banding satu, dan karena factor-faktor non teknis yang tidak bisa ditularkan. 

Lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktor Unpad Bandung ini ingin sharing kepada calon-calon pimpinan itu soal filosofi corporate yang menjadi kekuatan Telkom. Itu harus dimulai dari sosok sang pemimpin, atau leader-nya. Berangkat dari yang paling tinggi, leadership philosophy to be The Best Harmony and Strategy.

Baru masuk ke Leadership Principles to be The Star, prinsip-prinsip pemimpin untuk tampil sebagai bintang. Caranya, lead by heart, managed by the head. Memimpin dengan hati, mengelola dengan akal sehat. “Nah, setelah itu Leadership Practices to be the Winner, harus memenangkan persaingan, memenangkan pertandingan,” kata Arief Yahya.

Cara ini sedikit demi sedikit sudah dia lakukan di Kemenpar, bagaimana merencanakan sebuah kemenangan. Karena tidak ada kemenangan yang datang tanpa perencanaan. Bagaimana cara menjadi pemenang? “Itu ada rumusnya juga, saya biasa menggunakan IFA –Imagine, Focus, Action--,” kata dia.

Itulah rahasia, mengapa branding Wonderful Indonesia dengan cepat melesat dari yang semula tidak punya peringkat di World Economic Forum, langsung naik menjadi papan 47, mengalahkan Thailand (83) dan Malaysia (94).

Sepanjang 2015, Arief Yahya sudah memenangi 10 : 2 dari Malaysia dalam persaingan yang dilakukan oleh lembaga resmi dunia. Dia menambahkan bahwa menjadi yang terbaik pun perlu direncanakan. Working Spirit untuk menjadi Always The Best merupakan interseksi antara Imagine, Focus and Action (IFA) itu. “Imagine” itu bukan “Vision” dan tidak juga “mimpi”, karena imajinasi lebih hebat daripada visi dan mimpi.

Visi itu melihat dengan sadar sehingga sangat terbatas. Mimpi itu melihat tidak terbatas, tapi tidak sadar. Imajinasi itu melihat tidak terbatas dan sadar. Imajinasi menggambarkan desirability (keinginan) bukan hanya feasibility (kebiasaan). Jadi start from desirability atau start from imagination lalu fokus kemudian bertindak. Hanya visi dan aksilah yang bisa mengubah dunia. Dengan visi yang besar akan menghasilkan aksi besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News