Menurut Pengamat Ekonomi Ini, Subsidi BBM Bagai Candu, Harus Disesuaikan

Menurut Pengamat Ekonomi Ini, Subsidi BBM Bagai Candu, Harus Disesuaikan
Pakar ekonomi pembangunan Faisal Basri menilai BBM bersubsidi merupakan candu yang memang harus dihilangkan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar ekonomi pembangunan Faisal Basri menilai BBM bersubsidi merupakan candu yang memang harus dihilangkan.

Faisal menyarankan subsidi BBM dikurangi secara bertahap dan mengalokasikan anggarannya ke sektor yang lebih produktif.

Penetapan harga BBM seharusnya berdasarkan formula yang mengacu kepada harga minyak bumi di pasar global, seperti dulu diterapkan pada awal-awal pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Demi kebaikan perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa, secara bertahap subsidi BBM harus dihilangkan,” tulis Faisal Basri dalam kajian berjudul Kebijakan Subsidi BBM: Menegakkan Disiplin Anggaran seperti yang dikutip pada Selasa (30/8).

Faisal menyampaikan polemik subsidi BBM mencuat menyusul potensi membengkaknya biaya subsidi BBM pada APBN di tengah naiknya inflasi dunia. Sebab, disrupsi rantai pasok akibat pandemi dan perang. Hal ini memunculkan dilema.

“Subsidi BBM dapat diibaratkan seperti candu yang membuat konsumen terlena dan menimbulkan ketergantungan. Untuk melepaskan diri dari ketergantungan tersebut memang sulit, namun tentu bukan mustahil,” kata Faisal Basri.

Faisal menilai Presiden Jokowi sebenarnya sudah membuat kebijakan yang baik di awal pemerintahannya.

Saat itu, Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres Nomor 191 tahun 2014 yang semangatnya untuk melakukan pengurangan subsidi BBM.

Penetapan harga BBM seharusnya berdasarkan formula yang mengacu kepada harga minyak bumi di pasar global.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News