Merasakan Sulitnya Upaya Evakuasi Korban Merapi
Salah Sepatu, Tim Penyelamat Jadi Diselamatkan
Selasa, 09 November 2010 – 07:27 WIB

Merasakan Sulitnya Upaya Evakuasi Korban Merapi
Dalam evakuasi kemarin, untuk berpindah-pindah sisi dan melihat kondisi rumah, beberapa anggota Kopassus mengangkat kayu dan menjadikannya semacam jembatan kecil. Meski demikian, jenazah belum bisa dievakuasi. Walau sudah melihat sekitar 10 jenazah di sisi utara dusun, tetap saja evakuasi tidak bisa dilakukan. Sekali lagi, hanya bisa ditandai. Rencananya, pagi ini tim Kopassus-PMI datang kembali dengan peralatan yang lebih lengkap. Sekitar satu setengah jam, tim gabungan tersebut kemarin berhasil mengevakuasi tiga jenazah.
Selain sulitnya medan, tim evakuasi dibayang-bayangi bahaya Merapi. Sejak Kamis lalu (4/11) Merapi terus meletus. Untuk itu, di tim evakuasi ada satu tim kecil yang bertugas khusus memperhatikan Merapi. Celakanya, dalam lima hari terakhir, visual Merapi selalu tertutup awan dan kabut. Yang terlihat hanya asap letusan yang membubung tinggi. Praktis, pemantauan hanya dari handy talkie (yang frekuensinya diarahkan ke seismograf BPPTK) dan arah angin. Jadi, ketika tiba-tiba arah angin terasa berbalik ke arah kami, bukan hanya wajah para tim pemantau yang tegang. Wajah kami semua ikut tegang.
Memang, yang menghentikan proses evakuasi kemarin juga letusan. Mendadak suara HT yang dibawa tim pemantau melengking tinggi. Itu pertanda seismograf menunjukkan aktivitas gempa vulkanik yang tinggi. Angin juga bertiup ke arah kami. Akhirnya, tim evakuasi cepat-cepat mengemasi barang dan kembali.
Celakanya, rumitnya evakuasi membuat jenazah yang diangkat sulit diidentifikasi. Yang pertama, jasad sulit dikenali. Akibat lahar, tubuh mereka sudah menjadi seperti arang. Kalau terkena awan panas, paling "hanya" luka bakar tingkat tiga. Selain itu, tak jelas jasad tersebut diangkat dari lokasi mana. Sebab, rata-rata tim evakuasi hanya mengangkut jenazah begitu saja.
Berapa jumlah persisnya korban tewas akibat Merapi hingga kemarin sulit diketahui. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya upaya evakuasi. Wartawan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu