Merayakan Konferensi Wartawan Asia Afrika

Merayakan Konferensi Wartawan Asia Afrika
Koran Harian Rakjat, 25 April 1963 menjadi KWAA sebagai laporan utama. Foto: Dok.Warung Arsip.

Bukankah Rosihan pernah jadi pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang notabene panitia inti KWAA?

Mari kita simak sejenak tulisan Muhidin Dahlan tentang sejarah KWAA berikut ini.

Oiya, Muhidin baru saja merampungkan buku bertajuk Konferensi Wartawan Asia Afrika. Bila tak ada aral melintang segera diluncurkan dalam waktu.

Sebelumnya, pengelola Warung Arsip itu juga pernah mengulasnya dalam essei bertajuk KWAA: Jurnalis Progresif Asia Afrika Bersatu!

Berikut cuplikannya...

Boleh dibilang, KWAA menjadikan kota Jakarta jadi kota historis dalam solidaritas jurnalis Asia-Afrika. Jika Bandung dikenal sebagai leluhur dan ibukota Konferensi Asia Afrika (KAA), maka Jakarta menjadi ibukota jurnalis progresif se-antero Asia Afrika.

Kepada PWI dan pemerintahan revolusioner Indonesia, jurnalis-jurnalos dari RRT, Ghana, Republik Demokrat Vietnam, Korea Utara, Iran, Kuwait, Kenya, Kamerun, bahkan Kuba dan Yugoslavia mengelu terima kasih.

Nah, rupanya, sebagaimana hasil penelitian Muhidin, PWI terseret perkubuan hebat paska KWAA. Perkubuan ini dimenangkan jurnalis kiri dalam tubuh PWI yang mendapat restu Presiden Soekarno.

54 TAHUN lampau. Para jurnalis dari benua Asia dan Afrika berkumpul di Indonesia. Acara Konferensi Wartawan Asia Afrika (KWAA).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News