Merayakan Konferensi Wartawan Asia Afrika

Merayakan Konferensi Wartawan Asia Afrika
Koran Harian Rakjat, 25 April 1963 menjadi KWAA sebagai laporan utama. Foto: Dok.Warung Arsip.

"Ini sejak 1955 sebenarnya. Indikasinya, Starweekly korannya PK Ojong sama sekali tidak meliput KAA. Padahal itu koran terkenal dengan pemberitaan internasionalnya. saya sudah periksa koran itu," kata Muhidin seraya menyalakan rokok kreteknya.

Terlepas dari pendapat Rosihan dan perkubuan di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, sejarah membuktikan bahwa KWAA tercatat sebagai konferensi jurnalis terbesar yang pernah dihelat di Indonesia.

"Saya bisa memastikan inilah konferensi jurnalis terbesar yang diselenggarakan di Indonesia yang melibatkan negara-negara di Asia Afrika dan juga komunitas jurnalis yang diundang secara khusus dari pelbagai negara sosialis di Jerman, Yugoslavia, Kuba, dan Uni Sovyet," tulis Muhidin.

Di tengah berlangsungnya KWAA, Kanote Djamil seorang delegasi dari Republik Mali mendapat kabar dari istrinya. Bahwa bayi mereka telah lahir. Lelaki. Sehat. Mungil.

Bayi yang lahir nun jauh di tengah Afrika sana itu pun langsung diberi nama Sukarno oleh Kanote dari Indonesia.

"Dalam keterangan mengapa ia berikan nama SUKARNO bagi bayinya, Kanote menyatakan bahwa nama Presiden Sukarno tak asing lagi," tulis surat kabar Bintang Timur, 30 April 1963.

Pada puncak acara, 30 April, para wartawan mencetuskan Djakarta Declaration. Yang berisi: Wartawan-wartawan Asia Afrika mengabdikan dirinya kepada perjuangan melawan imperialisme-kolonialisme.

Karena semaraknya perhelatan itu, sasusnya Bung Karno ada rencana menetapkan 30 April, puncak perayaan KWAA yang mencetuskan Djakarta Declaration menjadi Hari Pers Nasional.

54 TAHUN lampau. Para jurnalis dari benua Asia dan Afrika berkumpul di Indonesia. Acara Konferensi Wartawan Asia Afrika (KWAA).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News