Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi

Tak Mau Anak Pakai Nama Berbau Bencana

Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi
LAHIR DIPENGUNGSIAN: Mujiyati bersama anaknya yang baru dilahirkan di Muntilan kemarin (28/10). Foto: Mukhtar Lutfi/Radar Semarang
 

Dia lalu memandangi bocah laki-laki yang baru keluar dari gua garba-nya. Bocah tersebut berparas elok. Cakep. Rambutnya tebal. Setelah dibersihkan perawat pascalahir, rambut bocah itu seperti disisir rapi jali. Keren.

 

Sebagai salah seorang warga yang tinggal di kawasan rawan bencana III, mau tidak mau Mujiyati memang harus mengungsi. Dia mulai meninggalkan rumahnya pada Rabu sore (27/10). Itu adalah hari kedua sejak "Eyang" Merapi bangkit dan menyembur-nyemburkan abu vulkanik serta wedhus gembel. Bersama sekitar sembilan ratus orang lain, Mujiyati harus pergi ke balai desa Srumbung.

 

Tak terbilang kepanikan yang dialami. Yang pertama, dia panik lantaran harus cepat menghindar dari letusan Merapi. Yang kedua, tentu dirinya panik dengan "bawaan" di perutnya.

 

Nah, kehadiran Mujiyati ternyata ikut menambah kepanikan warga lainnya. Sebab, para pengungsi lain ikut-ikutan berupaya menyelamatkan Mujiyati. "Mati lampu. Semua panik, saya panik. Ada yang jatuh," ungkap Mujiyati. Kepanikan Mujiyati dan para warga Srumbung itu pun ditingkahi gemuruh Merapi yang membikin suasana sangat mencekam.

Lima warga Kabupaten Magelang mengungsi dalam keadaan hamil tua. Kegembiraan pun akhirnya menyeruak di tengah kekalutan dalam pengungsian. Anak-anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News