Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi

Tak Mau Anak Pakai Nama Berbau Bencana

Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi
LAHIR DIPENGUNGSIAN: Mujiyati bersama anaknya yang baru dilahirkan di Muntilan kemarin (28/10). Foto: Mukhtar Lutfi/Radar Semarang
Lima warga Kabupaten Magelang mengungsi dalam keadaan hamil tua. Kegembiraan pun akhirnya menyeruak di tengah kekalutan dalam pengungsian. Anak-anak mereka lahir, berimpitan waktu dengan amuk Merapi.

 

======================
MUKHTAR LUTFI, Magelang
======================
 

SUARA amarah Gunung Merapi seakan lenyap sesaat di dinding ingatan Mujiyati, warga Dusun Cabe Kidul, Desa Srumbung, Kecamatan Srumbung, Magelang. Kengerian amuk purba yang dikeluarkan gunung paling aktif di dunia itu tergantikan oleh tangis bayi yang meluncur dari rahimnya kemarin (28/10). Tangisnya cukup kuat.

 

Seberkas kebahagiaan pun menyelinap di ruang benak Mujiyati. Ruang yang sejatinya sudah cukup sesak oleh berbagai kekalutan dan sedikit kepanikan tatkala perempuan 29 tahun itu harus mengungsi dari desanya.

 

Ya, dalam kondisi hamil tua, Mujiyati dan keluarganya harus menyelamatkan nyawa dari ancaman aktivitas Merapi. "Saya sangat bersyukur. Tapi ndak pernah membayangkan melahirkan saat ngungsi," kata perempuan itu di RSUD Muntilan, Magelang, kemarin.

Lima warga Kabupaten Magelang mengungsi dalam keadaan hamil tua. Kegembiraan pun akhirnya menyeruak di tengah kekalutan dalam pengungsian. Anak-anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News