Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani

Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani
Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani

Bagi umat Kristiani, doa, pujian, dan penyembahan bagi Tuhan dilakukan melalui nyanyian atau kidung. Namun di sejumlah daerah di Indonesia, kidung rohani juga menjadi cermin kemajemukan budaya dan kerukunan antaraumat beragama.

Sebagai negara yang majemuk, Indonesia memiliki tradisi toleransi antaumat beragama yang kuat. Toleransi tercermin di berbagai bidang tak terkecuali musik rohani.

Seperti yang ditunjukan oleh kolaborasi musik Islam klasik hadrad dari Tanah Lapang Kecil (Talake) dengan band terompet pengiring ibadah di gereja GPM Rehoboth, Batu Gantung, Ambon, Maluku.

Dua desa atau negeri yang saling bertetangga ini pada waktu konflik tahun 1999 dikenal 'Jalur Gaza' oleh kedua kelompok warga berbeda agama.

Menurut Selfinus Soumokil, sekretaris jemaat GPM Rehoboth, Batu Gantung, kolaborasi musik ini sudah berlangsung sejak 3 tahun terakhir dan sengaja dibentuk sebagai upaya merawat persaudaraan dan perdamaian pascakonflik tersebut.

"Untuk mencegah konflik kemanusiaan tahun 1999 terulang lagi, tokoh Muslim dan Kristen memfasilitasi dialog antarpemuda untuk mencari cara menguatkan budaya persaudaraan Pela Gandong. Anak-anak muda ini sepakat menghentikan ribut-ribut dan melakukan hal bermanfaat lewat kolaborasi musik," ungkapnya.

"Teman-teman Muslim sudah punya kelompok hadrat dan komunitas Kristen sudah ada klub terompet pengiring ibadah di gereja. Jadi kita coba kolaborasikan keduanya pada event tertentu dan ternyata mereka bisa mengkolaborasikan alat musik Muslim dan Kristen," tambahnya.

Menjelang perayaan Natal seperti sekarang ini, kedua kelompok musik akan tampil bersama mengisi perayaan Natal di gereja Rehoboth maupun di tempat-tempat lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News