Mereka yang Ingin Perubahan, Diasingkan hingga Dianggap Pengkhianat

Foto: Rumah relokasi yang disediakan BP Batam kepada warga
"Saya dulu salah satu tokoh yang aktif menolak, tetapi saya ingin perubahan," kata Anisah.
Di sejumlah kampung yang ada di Sembalung memang terlihat terdapat portal. Ada juga spanduk dengan berbagai pesan, yang intinya menolak relokasi. Setiap orang yang ingin melewati portal itu ditanyakan maksud dan tujuannya.
"Mau ke mana? Kalau tidak punya kepentingan dilarang masuk," kata seorang warga yang menjaga posko sembari menutup portal arah masuk ke kampung.
Salah satu warga yang tidak mau disebutkan namanya mengaku datang ke daerah Sembalung pada 2002. Saat tiba di daerah itu, sejauh mata memandang ialah hutan. Warga perantauan dari Pulau Jawa itu mengaku mengenal daerah ini karena ikut dalam pembangunan Camp Vietnam era Presiden Soeharto.
"Dulu di sini hutan. Banyak babi liar," kata laki-laki yang membuka kedai di kampung tersebut.
Singkat cerita, dia membawa istrinya ke daerah itu. Pria berusia lebih dari 50 tahun itu mematok tanah dan menempati lahan tersebut. Kini setelah adanya rencana relokasi, dia sebenarnya tidak memiliki sikap yang tegas. Namun, dia menanyayangkan sikap pemerintah yang kurang apik dalam melakukan sosialisasi.
Janda tiga anak itu diasingkan dari kampung halamannya bahkan dianggap pengkhianat oleh warga setempat.
- Pendiri CSIS Sebut Pemerintahan Prabowo Perlu Dinilai Berdasarkan Pencapaian Nyata
- PSN Rempang Eco City Tak Masuk Perpres yang Diteken Prabowo, Rieke: Batal!
- PPATK Apresiasi Kinerja Pemerintah dan Polri dalam Penindakan Judi Online
- Pemerintah Klaim Utamakan Kepentingan Nasional dalam Negosiasi Dagang dengan AS
- Gandeng Telkomsel, Pegatron Resmikan Smart Factory Berbasis AI dan 5G di Batam
- DPR Bahas RUU Kepariwisataan, Apa Misinya?