Mesin Harapan Petani Made in Mlilir

Mesin Harapan Petani Made in Mlilir
Mesin Harapan Petani Made in Mlilir

Maka, dia rancang roda yang berbeda. Yang jarak antargigi lebih lebar. Berhasil. Inilah mesin panen generasi ketiga made in Mlilir.

Minggu lalu saya pergi ke sana lagi. Melihat pabriknya. Juga melihat roda untuk Zaaga generasi baru itu. Teknologi panen sudah bisa dikuasai anak negeri sendiri. Tentu saya juga berharap produsen lainnya, seperti Futata, terus mengembangkan diri.

Saya masih titip satu misi lagi untuk Agus: ciptakan mesin tanam padi. Pesan yang sama juga saya sampaikan saat berdialog dengan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Sabtu lalu.

"Siapa yang berkeinginan menciptakan mesin tanam?" tanya saya di depan sekitar seribu mahasiswa.

Mesin tanam sangat penting karena saat ini mencari buruh tanam juga amat sulit. Jadwal tanam bisa mundur sampai satu minggu gara-gara belum mendapat buruh tanam. Itu sangat mengganggu produksi beras.

Lima mahasiswa angkat tangan. Cukup banyak. Satu per satu saya minta untuk menceritakan gagasan masing-masing.

Seorang mahasiswi menceritakannya sambil menahan tangis. "Saya sangat ingin menciptakannya demi bapak saya," katanya.

"Bapak saya tiap hari dihina nenek saya karena bapak saya hanya bisa bertani," katanya. Air matanya tak terbendung lagi. Satu ruangan besar ikut terharu.

SAYA sampai harus belajar dari buaya. Itu kata Agus Zamroni, pengusaha kecil dari Desa Mlilir, Ponorogo. Dia seorang sarjana hukum. Bukan sarjana

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News