Mewujudkan Kepastian Baru dengan Menerapkan Protokol Kesehatan

Oleh: Bambang Soesatyo

Mewujudkan Kepastian Baru dengan Menerapkan Protokol Kesehatan
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet. Foto: Humas MPR RI

Makin lama penguncian atau PSBB diberlakukan, berarti makin lama pula pabrik-pabrik tidak berproduksi, pengerjaan proyek-proyek belum bisa dilanjutkan, pusat belanja atau mal tutup, destinasi wisata belum bisa dibuka, maskapai penerbangan tidak operasional, dan akan semakin banyak orang yang kehilangan pekerjaan serta sumber penghasilan.

Dalam skala lebih besar, gambarannya adalah ekonomi yang tumbuh negatif, karena baik konsumsi masyarakat, ekspor dan investasi praktis tidak kontributif bagi pertumbuhan itu sendiri. Ketika ekonomi tumbuh negatif dalam dua atau tiga kuartal berturut-turut, itulah resesi.

Membalik Keadaan

Sejumlah negara yang dikenal sebagai kekuatan utama ekonomi dunia telah tumbuh negatif pada kuartal pertama 2020. Hampir dapat dipastikan bahwa negara-negara itu, seperti Amerika Serikat (AS), Tiongkok dan Uni Eropa, juga masih akan tumbuh negatif pada kuartal II 2020.

Indonesia masih bisa tumbuh positif, 2,97 persen per kuartal pertama. Namun, diperkirakan tumbuh negatif 3,1 persen di kuartal II 2020, karena sejumlah pusat pertumbuhan mulai menerapkan PSBB sejak pekan kedua April 2020.

Semua orang akhirnya harus sampai pada satu kesimpulan bahwa badai pandemi Covid-19 bisa menjadi perangkap yang mengancam kehidupan.

Praktis dalam enam bulan terakhir, hampir semua orang di berbagai belahan bumi harus menjalani hidup dengan rasa takut.

Semua yang sebelumnya bagus atau indah, kini hilang atau berubah menjadi buruk. Bahkan semua orang nyaris tidak produktif. Karena ketidakpastian yang durasinya belum bisa dihitung, banyak orang menjadi ragu atau takut berinisiatif.

Ketika kurva jumlah pasien Covid-19 menurun sepanjang era pola hidup baru, otomatis itu menjadi benih kepastian baru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News