Militer Myanmar Gunakan Taktik Perang, Menembakkan Peluru Tajam ke Pengunjuk Rasa

Militer Myanmar Gunakan Taktik Perang, Menembakkan Peluru Tajam ke Pengunjuk Rasa
Polisi dan militer di Myanmar menggunakan senjata untuk membubarkan unjuk rasa damai yang digelar di kawasan Dawei.

"Tapi juga mengungkapkan koordinasi terencana oleh pasukan keamanan," tambahnya.

Otoritas militer telah lama menyangkal peran apapun dalam tewasnya pengunjuk rasa dan membenarkan kudeta, dengan alasan bahwa pemilu yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi telah dinodai oleh kecurangan.

Tudingan mengenai kecurangan pemilu ini telah dibantah oleh komisi pemilihan umum Myanmar.

PBB minta pihak militer untuk hormati hasil pemilu

Rabu lalu (10/03), Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa Myanmar dan telah meminta tentara untuk menahan diri.

Dalam pernyataan bersama para diplomat di markas besar PBB di New York, Dewan Keamanan mengatakan "sangat mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa dalam aksi damai, termasuk terhadap perempuan, pemuda dan anak-anak".

"Dewan Keamanan menyerukan militer untuk menahan diri sepenuhnya dan menekankan bahwa dewan keamanan terus mengikuti situasi di lapangan dengan cermat."

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap pernyataan Dewan Keamanan akan mendorong militer untuk menyadari "betapa pentingnya" membebaskan seluruh tahanan dan bahwa hasil pemilu November lalu harus dihormati.

Pada hari yang sama, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet, mengepung ratusan pengunjuk rasa anti-militer hingga larut malam di dua distrik di Yangon.

Pihak militer Myanmar terekam menggunakan senjata yang biasanya dipakai saat keadaan perang untuk membubarkan unjuk rasa damai

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News