Militer Niger Umumkan Kudeta, Menggulingkan Presiden Bazoum dari Kekuasaan
Niger, negara bekas jajahan Prancis, menjadi sekutu penting bagi kekuatan Barat yang berusaha membantu memerangi pemberontakan
Negara ini juga merupakan sekutu utama Uni Eropa dalam perang melawan migrasi sporadis dari Afrika sub-Sahara.
Prancis memindahkan pasukan ke Niger dari Mali tahun lalu, setelah hubungannya dengan otoritas sementara di sana memburuk.
Prancis juga menarik pasukan khusus dari Burkina Faso di tengah ketegangan serupa.
Presiden Bazoum terpilih melalui transisi kekuasaan demokratis pertama di Niger, yang sebelumnya sudah mengalami empat kudeta militer sejak kemerdekaan dari Prancis pada 1960.
Amerika Serikat mengatakan menghabiskan sekitar $500 juta sejak 2012 untuk membantu Niger meningkatkan keamanannya.
Bulan April lalu, Jerman mengumumkan akan mengambil bagian dalam misi militer Eropa selama tiga tahun yang bertujuan untuk meningkatkan militer negara tersebut.
"Bazoum telah menjadi satu-satunya harapan Barat di wilayah Sahel," kata Ulf Laessing, kepala program Sahel untuk wadah pemikir Konrad-Adenauer-Stiftung Jerman.
Sekelompok tentara yang muncul di televisi nasional mengatakan Presiden Niger, Mohamed Bazoum sudah dicopot dari kekuasaannya
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Dunia Hari Ini: Calon Pengganti Pemimpin Hizbullah Tewas Dibunuh
- Dunia Hari Ini: Respon Inggris Setelah Senator Aborigin Sebut Charles 'Bukan Raja Kami'