Minum Spirulina Mahmud dan Menunggu Sidiq

Minum Spirulina Mahmud dan Menunggu Sidiq
Minum Spirulina Mahmud dan Menunggu Sidiq

Saya sangat gembira. Mahmud benar-benar anak muda yang gigih. Saya membeli sepuluh saset hari itu. Salah satunya saya buka, saya buang labelnya, saya masukkan plastik tanpa identitas.

Sampai Jakarta, “tepung tanpa identitas” itu saya kirim ke laboratorium Kimia Farma untuk diteliti. Saya tidak memberi tahu asal usul dan nama tepung itu.

Hasil uji lab itu mengatakan bahwa tepung tersebut adalah spirulina, namun tidak mengandung logam berat, arsen, dan NACL. Juga tidak ada kandungan bahan kimia. Sejak itu saya minum spirulina made in Sukoharjo tersebut. Tiap hari.

Mahmud juga sudah mendirikan perusahaan. Namanya CV Neoalgae Technology. Sebagai lulusan Teknik Kimia Undip, dia tidak sulit melakukan penelitian-penelitian untuk membiakkan alga itu.

Kini Mahmud akan memperbesar kolam-kolam alganya. Tidak lagi hanya tiga kolam di sebelah rumahnya. Dia sudah mulai mengerjakan sawah 1 hektare agak jauh dari rumahnya untuk diubah jadi kolam alga air tawar.

“Saya kewalahan. Pesanan spirulina melebihi produksi saya,” ujarnya. “Terutama dari perusahaan-perusahaan obat herbal,” tambahnya.

Tentu saya berdoa agar Mahmud jadi pengusaha muda yang sukses besar. Dia layak untuk itu. Kita berharap Indonesia tidak perlu lagi impor spirulina. Mahmud juga tidak keberatan ada anak muda lain yang mengikuti jejaknya.

Lain lagi dengan Sidiq. Dia menemukan alat pengering gabah. Mengandalkan tenaga surya. Mirip dengan yang ditemukan mahasiswa Universitas Mataram di Lombok.

DUA anak muda ini gigihnya bukan main. Mahmud dan Sidiq. Mahmud baru lulus dari Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News