Minyak Belut
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - PEMERINTAH sekarang ini luar biasa kuatnya. Padahal didera heboh minyak goreng begitu serunya. Berminggu-minggu. Berbulan. Belum juga ada tanda-tanda reda. Kuat sekali.
Respons dari pemerintah masih begitu cool. Begitu tenang. Begitu percaya diri. Itu tecermin dari keterangan resmi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dua hari lalu.
Anda sudah tahu. Sudah banyak dimuat di media: kenaikan harga minyak goreng belum akan mengganggu tingkat inflasi.
"Inflasi kita di Februari sangat rendah, bahkan terjadi deflasi," katanya.
Di situlah kuncinya. Yang terganggu baru ibu-ibu di dapur. Belum inflasi. Tentu pemerintah punya datanya –bahkan big data.
Maka pemerintah berani saja: menghapus ketentuan harga eceran tertinggi minyak goreng dalam kemasan. Toh belum akan mengganggu tekanan darah inflasi.
Dengan demikian harga minyak goreng dalam kemasan dibebaskan. Disilakan untuk membentuk harganya sendiri. Bebas. Sesuai dengan harga pasar. Kalau toh harganya melejit belum akan membahayakan statistik tingkat inflasi.
Pemerintah menetapkan alat pengendali inflasi: minyak goreng curah. Di sini pemerintah menetapkan harga tertinggi untuk minyak goreng curah.
Soal minyak goreng. Sungguh menarik mengamati taktik pemerintah membawa masyarakat ke harga pasar –tanpa demo dan gejolak.
- Perum Bulog Mulai Salurkan Bantuan Beras Tahap 2 kepada 269 Ribu Warga Jakarta
- Viral Longsor
- Menko Airlangga Resmi Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD Indonesia
- Kunker ke NTB, Presiden Jokowi & Mentan Amran Bersepeda di Lombok
- Presiden Jokowi Senang Produksi Jagung Meningkat di Sumbawa NTB
- Menko Airlangga dan Sekjen OECD Bahas Akselerasi Keanggotaan Indonesia