Miris! 83 Pekerja Bantuan Terlibat Pelecehan Seksual
jpnn.com, JENEWA - Sungguh miris, pekerja bantuan yang diharapkan dapat meringankan beban masyarakat malah melakukan perbuatan tercela.
Sebuah sebuah komisi independen menyebut sekitar 83 pekerja bantuan terlibat eksploitasi dan pelecehan seksual selama epidemi ebola yang masif di Republik Demokratik Kongo pada 2018-2020.
Dari jumlah tersebut, 25 persen di antaranya dipekerjakan oleh badan kesehatan dunia WHO.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berjanji memastikan perkara dan penderitaan para korban akan menjadi pemicu untuk transformasi budaya WHO yang mendalam.
Menurut Tedros, ke depan tidak akan ada lagi peluang terjadinya eksploitasi seksual.
Tidak ada pengampunan jika itu terjadi dan tidak ada toleransi untuk kelambanan
"WHO akan menyelidiki potensi tindakan kelalaian oleh staf senior yang mungkin merupakan pelanggaran seperti yang direkomendasikan oleh komisi independen," ujar juru bicara WHO Tarik Jasarevic dalam jumpa pers PBB pada Jumat (22/10).
WHO telah memutus kontrak empat staf yang diidentifikasi sebagai pelaku dan menyerahkan proses hukum kepada pihak berwenang Kongo.
Sekitar 83 pekerja bantuan disebut terlibat pelecehan seksual selama pandemi, miris.
- Oknum Dosen di Gorontalo Dilaporkan terkait Penganiayaan dan Pelecehan Seksual
- Krisis Kemanusiaan di Ukraina Tak Kunjung Usai Akibat Invasi Rusia
- Fraksi PKS Kecewa AS Memveto Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
- Korban Dugaan Pelecehan Ini Dipolisikan oleh Mertua Sendiri
- Oknum Dokter Pelaku Pelecehan Istri Pasien Resmi jadi Tersangka
- Bocah 5 Tahun di Cengkareng jadi Korban Pelecehan Hingga Kesakitan saat BAB