Modal SBY: Yang Tertunda & Yang Terwujud

Modal SBY: Yang Tertunda & Yang Terwujud
Modal SBY: Yang Tertunda & Yang Terwujud
Sami mawon ketika SBY kalah dalam pemilihan Wapres pada Juli 2001. Keesokan harinya dalam sebuah konferensi pers, SBY menerima kekalahannya. Meskipun sebelumnya, Golkar mengatakan bahwa suara Golkar akan dibawa kepada SBY, dan Akbar Tandjung tidak akan maju, bahkan suara PDIP pun tadinya kepada SBY, termasuk polling  mengatakan 80% untuk dirinya, ternyata Golkar balik kanan.

Malam harinya, SBY dipanggil Megawati dan diminta mengalah saja. Ternyata ia kalah, dan minta maaf kepada konstituen. Ia ajak semua pihak mendukung Presiden terpilih. Menang dan kalah jamak saja dalam pertandingan. Tapi demokrasi harus dihormati.

Masih segar pula dalam memory publik ketika Taufik Kiemas berkata, bahwa ada jenderal berbintang empat seperti anak kecil. Padahal, SBY telah berusaha untuk menghadap Presiden Mega, tapi tak bisa, padahal ia seorang menteri senior di kabinet. Setelah 3-4 hari, akhirnya SBY menulis surat kepada presiden. Tak mungkin ia melawan presiden. Ia memilih mundur. Dari pada di dalam tak dipakai, dan sakit hati lalu melawan, malah tidak bagus.

Apakah  pengalaman masa lalu yang menjadi modal politik SBY, sehingga terpilih menjadi presiden pada 2004 lalu? Kegagalannya sejak 2001, justru menjadi “sukses yang tertunda” pada 2004.

"PAK SBY, Pak SBY," sapa penumpang kereta api yang berjubel di Stasiun Kota, Jakarta, Kamis 15 Januari 2009 lalu. Mereka merangsek mendekat,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News