Modus Baru, Sensasi Baru

Modus Baru, Sensasi Baru
Modus Baru, Sensasi Baru

Karena itu, saya beranikan diri untuk bicara blak-blakan saja,’’ ucap suara yang mirip SDA itu. Paling telak, dia akhir perbincangan, dia minta dikirim Rp 100 juta, untuk anggota DPR RI, sebagai bentuk pengembalian cash. Hah! Saya diminta mencatat nomor rekeningnya, agar dikirim paling lambat pukul 14.00 WIB. Saya bilang, saya sedang nyetir mobil, silakan di-sms saja. Kalau bisa dari hape Pak Menteri langsung. Tak lama kemudian, SMS nomor rekeningnya: an. Sri Wahyuni Rek 023.549.7991 Bank BNI Cabang Pasar Mayestik, tetapi bukan dari hape SDA, yang sudah terekam di phonebook saya.

Kecurigaan saya sudah mencapai 100 persen. Kalau download itu, sudah complete. Dengan cara apa saya harus menjebak komplotan ini? Mau lapor polisi? Ah, percuma juga. Mau menangkap, terus dihajar ramai-ramai, ah kayak preman aja. Akhirnya, saya pasif aja. Saya tugaskan reporter untuk mengecek ke SDA, dan jawabannya makin meyakinkan, bahwa seharian kemarin SDA tidak ada janji, tidak ada komunikasi dengan saya.

Pukul 14.30 ajudan itu telepon ke hape saya, “Saya ingin menanyakan soal pesan Pak Menteri tadi?” Saya jawab: “Boleh tahu nama Anda? Boleh tahu Alamat Anda? Boleh ketemu dengan Anda?” Kali ini saya jawab ketus. Tut.. tut.. tut… Hapenya putus, dan ketika berkali-kali saya kontak, dua nomor itu off semua. Salah juga saya ketus, karena komplotan itu pasti langsung menghilang.

Saya menduga, banyak orang yang pernah mengalami kisah mirip-mirip ini, dalam berbagai skala, berbagai tema, berbagai tokoh yang dijadikan martil. Saya kira bukan hanya SDA yang menjadi korban “pencatutan nama baik” tetapi juga pejabat tinggi negara yang “disandera” namanya. Saya yakin, ada juga yang sudah tertipu jaringan yang amat terencana rapi itu.

Saya menyesal, tidak sempat mengupas lebih dalam lagi, sampai terungkap betul. Tetapi, saya juga yakin, modus mirip ini sudah merajalela dengan segala sensasinya. Apa yang terjadi jika komplotan itu mencatut nama Kapolda? Kapolri? Panglima TNI? Kepala BIN? Yang punya power? Apa yang terjadi jika mereka mengatasnamakan Menteri, dan sasarannya kepala instansi di bawahnya? Atau Gubernur dan sasarannya kepala dinas? Atau yang dicatut artis, dengan korban fans-nya? Makin maju dan pintar masyarakat, jenis dan modus penipunya juga semakin cerdas! Ada sedot pulsa, ada beli barang ’’maya’’ di ’’dunia maya’’, ada tipu muslihat atas nama tokoh.Hati-hati. (*)

*Penulis adalah Pemred Indopos dan Wadir Jawa Pos.

Berita Selanjutnya:
Sauna Gelora Bung Karno

BARU kali ini, saya mendengar model penipuan yang terskenario rapi, terprogram seperti original, betul-betul seindah warna aslinya. Daya kecohnya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News