Monoloyo
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Akan tetapi, realitas yang terjadi sekarang tidak sepenuhnya bisa mendukung ruang publik yang bebas. Ruang publik demokrasi telah dibajak oleh kekuasaan oligarki dan kepentingan pasar dan kekuasaan.
Percakapan di ruang publik yang berbasis kekuatan rasional dinodai oleh oligarki dan kepentingan demokrasi prosedural, sehingga bahasa percakapan, opini, dan diskursus di ruang publik menjadi kaku dan hati-hati karena diawasi dan ditertibkan.
Peringatan Presiden Jokowi untuk para pemimpin TNI dan Polri pasti akan membawa gaung kepada yang lain. Setelah muncul pernyataan bahwa TNI dan Polri tidak berurusan dengan demokrasi, nanti akan disusul seruan bahwa ASN juga tidak berurusan dengan demokrasi.
TNI dan Polri harus tegak lurus, taat dan loyal kepada pimpinan tertinggi, yaitu presiden. ASN juga demikian, harus punya loyalitas tunggal kepada pimpinan tertinggi, yaitu presiden. Era ‘monoloyo’ telah hadir kembali.(***)
Rupanya Jokowi mengintip WhatsApp Group (WAG) para pimpinan TNI dan Polri sehingga tahu ada tentara maupun polisi yang tidak setuju dengan proyek eksodus ibu kota negara.
Redaktur : Antoni
Reporter : Cak Abror
- Bicara di Kampus Singapura, RK Ungkap Alasan Indonesia Pindah Ibu Kota
- Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, JK: Kan, Bukan Kader Lagi
- Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998
- Permudah Akses Pelayaran di IKN, BKI Berkolaborasi dengan PT DLU
- TNI AD Makin Dekat dengan Masyarakat Papua, Nih Buktinya
- KPU Segera Perbaiki Kekurangan Dalam Memenuhi Hak Pemilih di IKN