Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 Tiba di Makassar

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 Tiba di Makassar
Penyambutan KRI Dewaruci di Makassar, Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022. Foto: Dokumentasi Muhibah Budaya Jalur Rempah

“Akrab dengan lautan, masyarakat Sulawesi telah memiliki teknologi pembuatan perahu layar yang mumpuni. Padewakang dan pinisi adalah legasi dalam dunia pelayaran Nusantara yang dihasilkan masyarakat Bugis dan Mandar yang masih bisa kita saksikan hingga saat ini,” tambah Rismawidiawati.

Orang-orang Bugis juga telah melahirkan sebuah mahakarya susastra yang menakjubkan, yaitu La Galigo sebuah naskah tua yang lebih panjang dari epik India dan Yunani, sarat dengan nilai susastra, spiritual, dan keagamaan.

La Galigo yang lestari hingga hari ini merupakan ikon identitas kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan. Mahakarya itu diakui sebagai bagian dari Memory of The World oleh UNESCO.

“Pada abad 17, para ketua pelaut-pedagang Wajo Makassar membentuk hukum laut Amanna Gappa. Terdiri dari 21 pasal, hukum ini menjelaskan secara rinci ketentuan berlayar dan menjadi pedoman perdagangan laut dari Laut Banda hingga Selat Malaka. Hukum ini merupakan sumbangsih besar dari pelaut Sulawesi Selatan, yakni orang Makassar, Bugis, dan Mandar untuk Jalur Rempah,” kata Kepala Museum Karaeng Pattingalloang Purmawati.

Selain itu, berdirinya Benteng Rotterdam juga menjadi salah satu bukti sekaligus jejak kehidupan maritim di Makassar. Benteng tersebut merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang sebelumnya bernama Benteng Jumpandang dan dibangun abad XV.

Pada Muhibah Budaya Jalur Rempah, Laskar Rempah akan berkunjung ke Benteng Rotterdam untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah Makassar dalam Jalur Rempah. Satu hal juga yang tidak boleh dilewatkan dari Makassar ialah kuliner khasnya yang kaya akan rempah. Salah satunya ialah Coto Makassar yang sudah ada sejak abad ke-16.

Dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah yang melewati titik Makassar, Laskar Rempah juga akan menapak tilas kebesaran sosok Karaeng Pattingalloang yang lahir pada abad 16, seorang tokoh cendekiawan Kerajaan Gowa-Tallo yang pada masanya memiliki pengetahuan luas akan dunia global. Dia juga dijuluki sebagai Bapak Makassar.

Semasa hidupnya, dia kerap membuat orang Eropa kagum terhadap kemampuannya, mulai dari kemahirannya dalam berbagai bahasa asing serta kegemarannya mengoleksi benda-benda unik.

Setelah Surabaya, Makassar menjadi titik kedua dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News