Mulus Pegasus

Oleh: Dahlan Iskan

Mulus Pegasus
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Conveyor itu sendiri panjangnya hanya 13,5 km. Tambang KPC memang tidak terlalu jauh masuk dari pantai. Secara ekonomi sangat menguntungkan: kalorinya tinggi, sulfurnya rendah, lokasinya dekat laut. Anda sudah tahu siapa yang kehujanan emas hitam itu.

Baca Juga:

Tidak jauh dari dermaga batu bara itu terlihat ada 12 kapal besar yang antre. Begitu kapal besar itu penuh, bisa langsung berangkat ke luar negeri. Ganti kapal besar lainnya yang bersandar ke dermaga.

Pesawat itu menuju selatan: menuju Balikpapan. Dermaga KPC pun segera terlihat di belakang. Yang tampak di depan dermaga lainnya. Juga menjorok ke tengah laut. Tidak ada kapal yang sandar. Sepi. Nyenyet. Tidak pula ada kegiatan apa-apa.

Itulah dermaga milik pemerintah. Sudah selesai dibangun tujuh tahun lalu. Masih nganggur. Jalan menuju pelabuhan itu masih kurang 1 km lagi. Sedang dikerjakan.

'Oh, ini proyek yang saya lihat tadi pagi. Dari atas justru kelihatan lebih jelas,'' kata saya dalam hati.

Jam 06.00 pagi-pagi saya memang minta diantar ke situ. Saya ingin tahu: mengapa pelabuhan itu lama sekali tidak beroperasi. Jalan dari kota Sangatta sudah dibangun. Konstruksinya beton. Jalan kembar. Panjangnya sekitar 15 km. Sudah jadi.

Dari atas juga terlihat kelokannya. Namun, ada masalah tanah di ujungnya. Saya diantar sampai mentok di ujung jalan itu. Tidak bisa sampai dermaga. Sedang dicor.

Saya pun pindah arah: ke pelabuhan ikan. Pelabuhan lama. Lalu cepat-cepat balik ke kota: jadwal wisuda sudah tiba. Saya diminta pidato yang pertama.

PESAWAT kecil ini terbangnya rendah: 6000 ft. Jenis Twin Otter tipe baru: DHC-6 seri 400. Dua mesin. Isi 16 orang. Saya bisa melaporkan pandangan mata saya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News