Mulus Pegasus

Oleh: Dahlan Iskan

Mulus Pegasus
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya kembali tertegun. Sebentar. Saya segera sadar: harus menghitung tongkang itu. Belum selesai menghitung pesawat sudah melewati sungai Mahakam. Hitungan saya berhenti di angka 112. Masih banyak lagi.

Pemandangan pun berubah. Terlihat tanah Borneo bopeng-bopeng. Bopeng-bopeng. Bopeng-bopeng. Sejauh mata memandang: galian batu bara. Triliunan rupiah digaruk dari permukaan wajah tembem remajanya.

Saya lama tertegun-tegun. Lalu melintaslah nama-nama orang yang menjadi kaya raya dari bopengan itu.

Hanya pemandangan baru yang membuat saya bangun dari lamunan: tampak jalan tol Samarinda-Balikpapan.

Pesawat pun seperti menyusuri sebelah kiri jalan tol sepanjang 87 km.

Jalan tol itu menuju Balikpapan. Pesawat saya juga menuju Balikpapan.

Ujung jalan tol itu tidak jauh dari bandara Balikpapan. Pesawat saya juga sudah mulai menurunkan ketinggian. Sudah 50 menit saya bersama pesawat Pegasus ini.

Saya bisa melihat mobil berhenti di pintu terakhir tol. Saya juga sudah bisa melihat ujung landasan.

PESAWAT kecil ini terbangnya rendah: 6000 ft. Jenis Twin Otter tipe baru: DHC-6 seri 400. Dua mesin. Isi 16 orang. Saya bisa melaporkan pandangan mata saya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News