Musim Kemarau, Petani Karawang Berhasil Panen

Musim Kemarau, Petani Karawang Berhasil Panen
Petani karawang berhasil panen di musim kemarau. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, KARAWANG - Kementerian Pertanian mengapresiasi upaya keras para petani di Karawang karena berhasil panen padi dan melewati musim kemarau hingga kini tanpa adanya kasus puso. Panen padi varietas Inpari 32 yang merupakan jenis Inbrida padi sawah irigasi tersebut hingga mencapai 10 ton per hektar, sehingga optimis mendongkrak angka produktivitas padi khususnya di Jawa Barat.

"Ini prestasi yang luar biasa dari petani kita dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya dan juga untuk mendongkrak peningkatan produktivitas padi di Jawa Barat," kata Ketua Penanggungjawab Upaya Khusus Swasembada (Upsus) Provinsi Jawa Barat Banun Harpini kepada para petani, saat panen raya padi sekaligus pencanangan penanaman budidaya kedelai pada Kelompok Tani Sri Rejeki II di Dusun Pundong Desa Pasirtanjung Kecamatan Lemahabang, Karawang.

Banun menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama, dan suplai air yang cukup sepanjang tahun dari Perum Jasa Tirta (PJT) II. Meski memiliki aliran irigasi yang cukup, Banun juga mengingatkan para petani dan Tim Upsus di Karawang, untuk selalu menjaga saluran irigasi agar tidak mengalami penyumbatan. Dalam beberapa kasus terjadi karena sampah dan enceng gondok.

"Dari data laporan pemerintah Provinsi Jawa Barat per 23 Agustus 2018, Karawang diketahui memiliki potensi kekeringan ringan sebanyak 215 hektar, dan ini terjadi karena adanya penyumbatan atau aliran irigasi yang tidak lancar," jelas Banun. "Petani dan dinas setempat harus gotong royong untuk menjaga saluran irigasi tersebut," sambungnya.

Menanggapi keluhan petani terkait masih enggannya petani menanam padi dengan Indeks Pertanaman (IP) tiga kali dalam setahun karena takut adanya ledakan hama, Banun membantahnya. Ia memastikan bahwa serangan hama tersebut bisa dihindari dengan lebih cara budidaya yang dikombinasikan dengan penerapan teknologi: pemilihan varietas yang sesuai dengan musimnya, pengendalian hama dengan teknik refugia, dan penerapan teknologi Padi Aerob Terkendali dengan Penggunaan Bahan Organik (Patbo Super).

Patbo Super merupakan teknologi budidaya padi dengan konsep penghematan air sampai 75 persen. Patbo Super digunakan untuk meningkatkan produktivitas padi terutama pada lahan tadah hujan dengan melakukan manajemen air dan penggunaan bahan organik untuk menghasilkan produktivitas tinggi serta peningkatan Indeks Pertanaman. Lima komponen Patbo Super yang perlu diketahui, antara lain: penggunaan varietas unggul baru (VUB) kelompok ampibi, manajemen air, penggunaan bahan organik, penggunaan alsintan, dan pengendalian gulma.

Untuk itu, Banun menyarankan petani untuk tidak membakar jerami sisa panen karena akan menyebabkan unsur hara dalam jerami hilang. Sisa jerami tersebut, sebaiknya diolah untuk menjadi pupuk organik dengan menambahkan bakteri pembusuk uagar mempercepat proses pengomposannya. "Selain bisa dipakai sendiri, dalam metode budidaya Patbo, pupuk organik juga bisa dijual dan bisa menambah pendapatan petani," jelasnya.

Banun mendorong baik pada petani di daerah Karawang maupun Jawa Barat pada umumnya untuk dapat menggunakan teknologi yang sudah teruji tersebut untuk menaikkan produktivitas di lahan padi. Kementan secara intensif sosialisasi dan bimbingan untuk para petani terkait hal tersebut.

Kementerian Pertanian mengapresiasi upaya keras para petani di Karawang karena berhasil panen padi dan melewati musim kemarau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News