Nasib Benny

Oleh Dahlan Iskan

Nasib Benny
Dahlan Iskan.

Alatnya benar-benar hanya selembar kertas biasa. Betul-betul selembar kertas saja. Yang ada kop surat perusahaan Anda.

Di kertas itu Anda cukup menulis: dengan ini kami berhutang, misalnya, Rp 500 miliar. Utang akan dibayar pada tanggal.... (bisa kapan saja atau tiga tahun kemudian atau sesuai dengan kesepakatan). Dengan bunga...persen setahun. Misalnya 10 persen atau 12 persen. Kian tinggi bunga yang Anda janjikan kian banyak peminatnya.

Lalu Anda tanda tangani di bagian bawah. Disertai nama terang. Juga jabatan Anda di perusahaan itu --sebagai direktur utama.

Selembar surat itu Anda serahkan ke perusahaan sekuritas. Atau juga disebut pialang. Broker.

Pialanglah yang memasarkan surat itu. Pialang yang mencari pembeli. Pialang juga yang ikut menjamin utang itu akan kembali.

Anda hanya harus membayar komisi kepada pialang. Bisa setengah persen. Bisa satu persen. Tergantung tingkat kepepet Anda untuk segera mendapatkan uang itu.

Bisa juga Anda sendiri yang mencari pembeli. Misalnya, kebetulan, Anda punya banyak kenalan.

Biarpun bisa mendapat pembeli sendiri tetap saja Anda harus melewatkan utang itu ke pialang. Hanya bayar fee-nya bisa lebih kecil.

Kalau Anda direktur utama dari sebuah perusahaan yang bukan milik Anda, komisi gelap itu sangat menggiurkan. Apalagi kalau pemilik perusahaan itu negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News