Nasionalisme Atraktif

Oleh Dahlan Iskan

Nasionalisme Atraktif
Dahlan Iskan (bertopi hijau) di Wagha, wilayah perbatasan Pakistan dengan India. Foto: disway.id

jpnn.com - Guyon di ketegangan. Itulah yang terjadi tiap hari. Jam 4 sore. Di perbatasan India-Pakistan. Tepatnya di Wagha, tidak jauh dari kota Lahore.

Sekitar 5 ribu orang India kumpul di sebelah pagar India. Sekitar 3 ribu orang Pakistan memenuhi sebelah pagar Pakistan. Itulah pagar besi berjeruji. Pagar perbatasan kedua negara.

Pagar itu diberi pintu gerbang. Juga jeruji besi. Lebih tinggi dari manusia. Lancip-lancip di ujung atasnya. Tertutup. Terkunci,  teapi bisa saling lihat, karena jeruji ya tidak rapat.

Baca Juga:

Pintu-besi-geser itu lebar sekali. Selebar jalan raya empat lajur.

Memang aslinya ada jalan raya melintasi perbatasan itu. Namun setiap hari hanya ada dua bus yang lewat. Satu dari arah India. Satu lagi dari arah Pakistan.

Selebihnya pagar selalu tertutup. Sejak 1947. Sejak India dan Pakistan berpisah.

Itulah jalan raya terlebar dan terpenting di masa sebelum pisah. Yang menghubungkan Pakistan-India.

Saya ke situ Rabu lalu. Untuk melihat atraksi guyon serius di situ. Yang dilakukan angkatan bersenjata dari dua negara.

Ketegangan ternyata bisa jadi hiburan. Apalagi teater di perbatasan ini gratis. Sekitar 5 ribu orang India kumpul di sebelah pagar India. Sekitar 3 ribu orang Pakistan memenuhi sebelah pagar Pakistan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News