Nasionalisme Atraktif

Oleh Dahlan Iskan

Nasionalisme Atraktif
Dahlan Iskan (bertopi hijau) di Wagha, wilayah perbatasan Pakistan dengan India. Foto: disway.id

Atraksi yang sama yang dilakukan oleh tentara yang berbeda. Di lokasi yang bersebelahan tapi tidak saling bersenggolan.

Baca Juga:

Itulah atraksi sakral penurunan bendera. Yang penuh emosi tapi ditahan. Yang penuh tawa tapi geram. Yang dimulai jam 4 sore. Yang puncaknya terjadi jam 5 sore.

Inilah forum persaingan, saling ancam, saling teriak, saling provokasi tapi dikemas dengan sangat uniknya.

Penuh gelak tawa pula. Mirip adegan wayang kulit. Saat  Mbilung mengancam Bagong. Atau saat Pragota mengancam Dursasana.

Lebih tepatnya mirip adegan wayang orang. Untuk peristiwa Mbilung-Bagong atau Pragota-Dursasana.

Di sisi Pakistan penonton upacara ini duduk di tribun melengkung. Dengan tempat duduk seperti di stadion. Tribunnya dua. Berhadapan. Di kanan kiri jalan. Tribun utara dan tribun selatan.

Fokus perhatian ke arah jalan raya yang terbelah pagar itu. Di situlah atraksinya.

Di sisi India penonton juga duduk di tribun melengkung. Mirip yang di Pakistan. Atau yang di Pakistan mirip dengan yang di sisi India. Fokus perhatian mereka juga ke jalan raya di depan mereka.

Ketegangan ternyata bisa jadi hiburan. Apalagi teater di perbatasan ini gratis. Sekitar 5 ribu orang India kumpul di sebelah pagar India. Sekitar 3 ribu orang Pakistan memenuhi sebelah pagar Pakistan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News