Nasionalisme Atraktif

Oleh Dahlan Iskan

Nasionalisme Atraktif
Dahlan Iskan (bertopi hijau) di Wagha, wilayah perbatasan Pakistan dengan India. Foto: disway.id

Kami yang di Pakistan bisa melihat juga atraksi mereka. Mereka yang di sisi India bisa juga melihat atraksi Pakistan. 

Di atas aspal itu terlihat orang menggendong kendang. Ditabuh dengan alat pemukul. Dengan pakaian berlambang Pakistan. Di sisi India juga sama. Dengan pakaian berlambang India.

Ada juga juru komando yel-yel. Dengan pakaian yang sama. Suara orang ini keras sekali. Dalam bahasa Urdu di sini. Dengan bahasa Urdu di sana.

Saya jadi ingat stadion sepak bola. Ada kepala suporter. Yang selalu menghadap penonton. Memberi komando. Kapan harus menyanyi dan lagunya apa. Tidak pernah bisa nonton pertandingan itu sendiri.

Juru komando itulah yang terus berteriak minta agar penonton semangat. Harus sering mengepalkan tangan ke atas. Sambil teriak. Menyambut yel-yel.

Tidak boleh penonton hanya sedekap tangan. Jangan seperti penonton pasif. Jadilah suporter. Harus sering teriak dan bertepuk tangan.

Jangan sampai kalah semangat dengan penonton yang di sisi India. Malu. 

"Pakistaaaaan....!!!" teriak komando itu.

Ketegangan ternyata bisa jadi hiburan. Apalagi teater di perbatasan ini gratis. Sekitar 5 ribu orang India kumpul di sebelah pagar India. Sekitar 3 ribu orang Pakistan memenuhi sebelah pagar Pakistan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News