Netralitas Koes Plus dan Rasa Gemas Yok Koeswoyo dalam 'Kolam Susu'

Netralitas Koes Plus dan Rasa Gemas Yok Koeswoyo dalam 'Kolam Susu'
Yok Koeswoyo dan Harry Tjahjono. Foto: dokumentasi pribadi Harry Tjahjono untuk JPNN.Com

Sebelum pecah peristiwa G30S/PKI, Koes Bersaudara dibebaskan begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Perpecahan di tubuh Koes Bersaudara terjadi saat Yok dan Nomo memutuskan keluar. Selanjutnya, Tony dan Yon sebagai personel yang tersisa melanjutkan kiprah dengan mengibarkan bendera Koes Plus.

Nama 'Plus' dipakai karena masuknya Kasmuri atau Murry (drum) dan Totok AR (bas) yang notabene bukan anggota keluarga Koeswoyo. Dari situlah muncul nama Koes Plus.

Menurut Harry, kekuatan lagu-lagu Koes Plus karena terinspirasi pengalaman pribadi. Sebagai contoh ialah lagu Kembali ke Jakarta.

"Memang kisah mereka yang sempat balik ke Tuban, Jatim, kemudian memutuskan berkarier lagi di Jakarta. Begitu juga Kisah Sedih di Hari Minggu dan banyak lagi,” katanya.

Pada 1981, Harry pernah menulis sejumlah lagu untuk Yon Koeswoyo. Di antaranya ialah Lestari, Lantaran, Jakarta, dan Indahnya Kasih.

Pada 2009, Harry menciptakan lagu Orang-Orang Tikungan Jalan yang juga dinyanyikan Yon Koeswoyo. Tak hanya itu, pada era 1990-an Harry pernah dipercaya menulis skenario untuk film tentang Koes Plus.

Namun, biopik itu batal dibuat. “Tahun 90-an itu saya dibayar 150 juta hanya nulis skenario filmnya, tetapi gagal diproduksi karena copyright (hak cipta, red) yang susah,” kenang Harry.

Tiga personel Koeswoyo Bersaudara pernah dijebloskan ke Penjara Glodok lantaran dianggap memainkan musik 'ngak ngik ngok' yang dinilai kepanjangan tangan neokolonialisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News