Ngeri! Ratusan Mayat Bergelimpangan, Marawi Terus Dibombardir

Ngeri! Ratusan Mayat Bergelimpangan, Marawi Terus Dibombardir
Tentara Filipina di Marawi. Foto: AP

23 Mei: Militer Filipina (AFP) dan kepolisian berusaha menangkap pemimpin ISIS Asia Tenggara, Isnilon Hapilon. Petinggi militan Abu Sayyaf itu berobat di Marawi. Hapilon meminta bantuan Maute. Militer Filipina akhirnya kalah. Duterte mendeklarasikan darurat militer di seluruh Kepulauan Mindanao.

26 Mei: AFP menyatakan, ada warga negara asing yang ikut bertempur bersama Maute. Antara lain, berasal dari Malaysia, Indonesia, serta beberapa negara di Timur Tengah.

2 Juni: Deadline yang ditetapkan AFP untuk membebaskan Marawi tidak bisa dipenuhi. Pemerintah memundurkan tenggat waktu hingga 12 Juni saat Hari Kemerdekaan Filipina dari Spanyol.

4 Juni: Gencatan senjata untuk mengevakuasi penduduk. Tapi, di tengah-tengah proses, ada tembakan. Hanya 179 orang yang berhasil dievakuasi dari target awal lebih dari seribu orang.

12 Juni: Deadline tidak bisa terpenuhi lagi. Pemerintah tak lagi menetapkan batas akhir untuk menguasai Marawi.

20 Juni: AFP berharap pertempuran bisa usai sebelum Idul Fitri agar pasukan bantuan untuk Maute tidak bisa bergabung.

Diolah dari berbagai sumber


Militer Filipina (AFP) meningkatkan serangan ke Kota Marawi, Filipina. Mereka mengerahkan pasukan dari darat dan udara untuk merebut ibu kota Provinsi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News