Nicholaus Prasetya, Pemenang Sayembara Ahmad Wahib yang Terinspirasi Tragedi Reformasi
Tiga Hari Disembunyikan Tetangga di Rumah Sebelah
Minggu, 18 November 2012 – 00:18 WIB
Bak kisah Anne Frank, Nicholaus Prasetya dan tiga anggota keluarganya bertahan dari anarkisme massa. Nicho kecil, yang masih berusia delapan tahun, terlampau lugu untuk mengerti keadaan saat itu. Yang dia tahu, setelah menyaksikan laporan pewarta televisi tentang pecahnya kerusuhan, sang ibu, Agustina Aniwati, 46, terus saja meneteskan kristal bening dari matanya. S
ang ayah, Soegianto Sriwulan, 57, terus memantau keadaan luar dari balik tirai jendela. Sang kakak, Theresia Tyas Leonita, yang lebih tua setahun dari Nicho, juga tak berani mengusik situasi di dalam rumah yang penuh kebimbangan itu.
Jarum jam yang terkesan melambat terasa tak ramah lagi bagi kepastian keselamatan etnis Tionghoa saat itu. Hingga akhirnya terdengar ketukan di pintu depan rumah Nicho, yang terletak di daerah Kelapa Gading, Jakarta.
Seorang tetangga sebelah rumahnya, warga pribumi, datang menawarkan tempat persembunyian. Tawaran itu disambut baik oleh keluarga Nicho. Dengan mengemas barang seadanya, Nicho dan keluarganya lalu pindah ke rumah tetangga yang letaknya persis bersebelahan dengan rumah keluarga Nicho.
Toleransi atas ras, suku, agama, dan budaya hampir menjadi tema besar secara keseluruhan tulisan Nicholaus Prasetya. Ide besarnya tentang toleransi
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor