Nicholaus Prasetya, Pemenang Sayembara Ahmad Wahib yang Terinspirasi Tragedi Reformasi
Tiga Hari Disembunyikan Tetangga di Rumah Sebelah
Minggu, 18 November 2012 – 00:18 WIB

MEMBEKAS: Nicholaus Prasetya hingga kini masih merasakan kegetiran kerusuhan etnis 1998. Foto: Henny Galla Pradana/Jawa Pos
Selama tiga hari tiga malam, Nicho dan keluarganya bersembunyi di rumah itu. Layar televisi tabung menyala 24 jam demi memantau pergerakan massa di luar. Nicho ingat betul, ketika itu tetangga yang berhati mulia tersebut ikut menjaga kompleks rumah secara ketat. Mereka tidak ingin ada warga Tionghoa di kawasan itu yang menjadi korban. Setelah tiga hari, situasi berangsur-angsur kondusif. Keluarga Nicho pun selamat dari amukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Pasca-kejadian itu, hari-hari berjalan seperti biasa. Namun, Nicho yang beranjak dewasa tidak akan pernah lupa peristiwa tersebut.
Dia tumbuh menjadi pribadi yang kritis. Senantiasa mempertanyakan dan mencari jawaban atas isu yang hingga saat ini tak kunjung rampung: toleransi terhadap perbedaan ras, agama, dan status sosial. "Justru, akhir-akhir ini isu perbedaan itu mencuat kembali," ungkap Nicho saat ditemui di kampusnya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu lalu (14/11).
Baju putih lengan panjang Nicho ditekuk sedikit ke atas saat dia bercerita tentang jalan panjang menuju reformasi menjadi inspirasi penting dalam perjalanan hidupnya. Tapak sejarah itu pun dituangkan Nicho dalam esainya yang diikutsertakan dalam sayembara penulisan Forum Muda Paramadina 2012.
Toleransi atas ras, suku, agama, dan budaya hampir menjadi tema besar secara keseluruhan tulisan Nicholaus Prasetya. Ide besarnya tentang toleransi
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu