Nonmuslim Sekolah di Lembaga Pendidikan Islam

Nonmuslim Sekolah di Lembaga Pendidikan Islam
Ustad Deden Zainal Abdin di pintu masuk Pesantren Cinta Al Qur’an, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Jumat (18/5). Foto Indra Mufarendra/Radar Malang/JPNN.com

Tak hanya menjadi tempat mondok, Pesantren Cinta Al Qur’an telah membuka kelompok bermain (KB), taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (saat ini baru hingga kelas II). Kegiatan belajar mengajar untuk SD dipusatkan di sebuah gedung berlantai dua.

Sementara KB-TK-nya berada di areal yang menyatu dengan perkebunan. Jadi, KB-TK Anak Sholeh–begitu nama lembaga pendidikan untuk anak usia dini itu– terkesan mirip dengan sekolah alam.

Adalah Ustad Deden Zainal Abidin yang merintis Pesantren Cinta Al Qur’an serta KB, TK, dan SD Anak Sholeh. Deden adalah pria asli Majalengka, Jawa Barat, yang pernah kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya (kini bernama UIN Sunan Ampel).

Pada 2005, Deden acap kali berkunjung ke kampung maupun desa yang pemeluk agama Islam-nya tergolong minoritas.

”Saya pernah ke Mojokerto, tapi lebih sering ke Malang,” ujar dia.

Di Malang, Deden paling sering singgah di Desa Sitiarjo. ”Saya melihat desa ini membutuhkan pesantren,” kata pria berumur 37 tahun ini.

Tentu, sebagai pendatang, Deden tidak bisa langsung ujug-ujug mendirikan pesantren.

”Awalnya, saya menggelar pengajian untuk warga muslim,” ujar dia.

Meski menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam di Desa Sitiarjo, Deden tidak pernah berkonflik dengan warga. Bahkan warga nonmuslim bersekolah di tempatnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News