Nunut Besar

Oleh: Dahlan Iskan

Nunut Besar
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Telinga saya pernah seperti mau pecah. Di Tambling, Lampung.

Hari itu saya berdiri di jeep pemburu di Tambling. Di sebelah saya berdiri Tomy Winata. Ia lagi memegang senjata laras panjang.

Di saat saya lagi melengos melihat harimau di hutan itu tiba-tiba dor! TW menembak babi hutan. Suara dor itu seperti meledak di telinga saya.

Saya pura-pura tidak tersiksa. Tapi pedalaman telinga saya sakit sekali. Tidak menyangka suara ledakan senjata sedahsyat itu.

Nabi Tepi. Farid yang memberi tahu ajaran itu. Ia memang menunggui para wartawan itu menembak. Inilah untuk kali pertama Farid bertemu wartawan PWI Jatim, IJTI, dan AMSI.

Cara bertemu wartawan di lapangan tembak seperti itu adalah bagian dari gaya kepemimpinannya. Agar wartawan bisa menulis kegiatan. Bukan hanya menulis pidato.

Farid memang pernah jadi kepala penerangan, waktu di Kopassus. Ia tahu apa yang diinginkan wartawan. Ia tahu wartawan harus punya bahan untuk ditulis.

Itu belum contoh yang saya maksud dengan "besarkan jabatan". Contoh "besarkan jabatan dan bukan besar dari jabatan" adalah ini: instruksinya kepada kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya.

Hari itu saya berdiri di jeep pemburu di Tambling. Di sebelah saya berdiri Tomy Winata. Ia lagi memegang senjata laras panjang. Lalu...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News