Nyawa Seorang Warga AS Jauh Lebih Bernilai ketimbang Ratusan Syria

Ketika Jurnalis Menjadi Alat Propaganda Kekejaman Militan

Nyawa Seorang Warga AS Jauh Lebih Bernilai ketimbang Ratusan Syria
AKSI DAMAI: Seorang warga membawa plakat mengenang James Foley saat demo di Times Square, New York, Amerika Serikat, (23/8). Foto: Reuters/Carlo Allegri

Dalam artikelnya, Peritz menyatakan, ISIS memang ingin menyita perhatian dunia agar keinginan mereka tercapai. Apalagi, sebelum akhirnya memenggal Foley, mereka berkorespondensi lewat e-mail dengan orang tua korban. Dalam rangkaian surat elektronik itu, mereka menyebutkan harga yang harus dibayar untuk nyawa Foley. Yakni, uang tebusan atau kesepakatan politik dengan Washington.

Jumat lalu, orang tua Foley, John dan Diane, mengungkapkan keberadaan beberapa e-mail tersebut. Kepada suami istri asal Kota Rochester, Strafford County, Negara Bagian New Hampshire, itu, ISIS menebar ancaman. Mereka akan membunuh Foley jika tuntutan mereka tidak dikabulkan. Tuntutannya adalah USD 132,5 juta (sekitar Rp 1,5 triliun).

’’Saya mengabaikan hal (ancaman kematian Foley, Red) tersebut. Saya tidak pernah menyangka jika mereka bisa sebrutal itu,’’ kata John dalam program NBC’s Today. Hingga awal tahun lalu, dia masih berharap bisa bertemu dengan sang putra yang raib di Syria sejak November 2012. Tetapi, video sadis tersebut telah memupus harapan John dan istrinya.

Jika dibandingkan dengan kelompok militan yang lain, ISIS memang lebih sering memamerkan kekerasan yang telah mereka lakukan. Misalnya, sekitar pekan lalu. Belum lama ini, ISIS membunuh sekitar 700 warga Syria bagai menyembelih hewan ternak. Dalam video sadis yang lantas mereka unggah ke internet, tampak militan IS yang menertawakan dan mengejek mayat para korban.

Sayangnya, pembantaian 700 warga Syria itu tidak mendapat perhatian media. Terutama, media Barat. Pembunuhan sadis tersebut baru menjadi perbincangan setelah AS kehilangan Foley Selasa (19/8). ’’Bagi ISIS, nyawa seorang warga AS jauh lebih berarti ketimbang nyawa ratusan warga Syria. Jika propaganda mereka sukses, kita mendapat suguhan sadis lagi dalam waktu dekat,’’ ujar Peritz.

Kematian Foley di tangan ISIS membuat pemerintahan Presiden Barack Obama repot. Sebab, mau tidak mau, Washington harus bertindak. Apalagi, dalam rekaman video terakhir, Foley menyebutkan tuntutan ISIS terhadap AS. Bahkan, si algojo menyebut nama sang presiden dan Menteri Luar Negeri John Kerry. Tampaknya, Gedung Putih harus mempertimbangkan lagi kebijakannya soal teroris.

Selama ini, Washington tidak pernah mau bernegosiasi dengan teroris meski istilah itu hanya digunakan AS. Karena tidak mungkin melanggar aturan yang sudah baku tersebut, Obama lantas berusaha menghancurkan sarang ISIS hingga tuntas. Jumat lalu Washington membahas lagi opsi untuk menggempur Syria yang juga menjadi sarang IS.

Sebagai bentuk penghormatan untuk Foley, Gubernur New Hampshire Maggie Hassan mencanangkan hari berkabung. Rencananya, masyarakat New Hampshire mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan untuk Foley. Aksi simpatik itu akan mereka lakukan Minggu (24/8 atau Senin WIB). ’’Kami juga akan menyelenggarakan ibadah khusus untuk mengenang Foley,’’ ujarnya.

James Wright Foley alias Jim tidak akan menjadi pekerja media terakhir yang meregang nyawa di tangan militan Negara Islam alias Islamic State (IS).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News