Oalaaah...Penjara pun jadi Tempat Bermain Pokemon Go
jpnn.com - PHNOM PENH - Game Pokemon Go masih memancing kontroversi, termasuk di Kamboja. Rabu (10/8) kemarin, game anyar yang baru masuk negara tersebut, bikin warga mengeluh.
Karena asyik berburu monster digital dan menatap lekat layar ponsel, sejumlah gamer tidak peduli lingkungan. Kuburan pun jadi arena bermain.
Penjara Tuol Sleng merupakan salah satu situs sakral bagi sebagian besar warga Kamboja. Terutama, para korban atau mereka yang kerabat atau keluarganya menjadi korban kekejian Khmer Merah pada 1975–1979.
Di penjara yang kini menjadi museum tersebut, tidak kurang dari 15.000 orang dibantai. Maka, tidak heran jika masyarakat Kamboja juga menyebut tempat itu sebagai kuburan. ”Ini sebuah hinaan bagi jiwa-jiwa yang menjadi korban kekejian (Khmer Merah) di sana,” kata Bou Meng.
Pria 75 tahun itu adalah satu di antara segelintir warga Kamboja yang mampu bertahan hidup dan bebas dari Tuol Sleng. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penjara tersebut adalah lokasi pembantaian. Oleh karena itu, rasanya sangat tidak sopan jika para pemburu monster digital tersebut bermain-main dengan ponsel mereka di sana.
Sejak di-launching Sabtu (6/8), Pokemon Go langsung hit di Kamboja. Pusat-pusat keramaian dan tetenger menjadi jauh lebih ramai. Sebab, banyak orang yang berburu monster maya di sana. ”Sebaiknya, Pokemon Go menghapus Tuol Sleng dari peta permainan mereka,” usul Bou Meng. (afp/hep/c6/any/adk/jpnn)
PHNOM PENH - Game Pokemon Go masih memancing kontroversi, termasuk di Kamboja. Rabu (10/8) kemarin, game anyar yang baru masuk negara tersebut, bikin
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- DPR Dorong Pemerintah Perkuat Diplomasi untuk Perdamaian di Timteng
- Militer Israel Klaim Bunuh Pentolan Jamaah Islamiyah Lebanon
- 1.119 WNI Berhasil Direpatriasi dari Kawasan Berbahaya Sepanjang 2023
- Xi Jinping Ingin China Jadi Mitra Amerika, Bukan Pesaing
- Guru Besar UI Khawatirkan Dampak Konflik Timur Tengah terhadap Indonesia
- Indonesia Jalin Program Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa